Sebagai keluarga nomaden, kebahagiaan yang paling dirasakan adalah bisa berkeliling sumatera. Seperti kali ini Pak suami sedang ada tugas ke wilayah Payakumbuh, Sumatra Barat dan happynya beliau mengajak kami untuk turut serta. Ketika Weekday beliau kerja, sedangkan kami menunggu di hotel dan malamnya berwisata kuliner setempat. Saat weekend inilah yang paling dinanti, karena akhirnya kami bisa traveling ke sejumlah objek wisata yang ada di wilayah Sumatra Barat.
Tujuan pertama kami adalah Lobang Jepang yang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat. Karena kami pakai guide gratisan alias staf abinya, jadi kami nurut saja dengan dia mau mengajak mengunjungi tempat wisata mana terlebih dahulu.
Tapi saat sampai ke Lobang Jepang ini, kami tidak merasa rugi. Dengan tiket masuk yang cukup terjangkau, selain bisa menikmati panorama alam yang indah, kami juga bisa mengenalkan sejarah pada anak-anak. Selain itu Panorama Jepang ini juga termasuk Cagar Budaya Indonesia.
Keindahan panorama di luar lobang yang indah dan menyejukkan mata, sangat berbanding terbalik dengan suasana di dalam Lobang Jepang ini yang gelap dan cukup menyeramkan.
Kisah Kelam Sejarah tentang Lobang Jepang
Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun rakyat pribumi yang berasal dari pulau jawa, kalimantan dan sulawesi yang bekerja dibawah tekanan tentara Jepang sekitar tahun 1942. Kenapa tidak memakai warga pribumi asli Bukit Tinggi? Karena terowongan ini digunakan tentara Jepang untuk kepentingan pertahanan dan perlawanan, maka mereka sengaja mendatanngkan rakyat pribumi luar sumatera untuk menjaga kerahasiaan lobang ini.
Terowongan bawah tanah ini diprediksi memiliki panjang sekirar 1.470 meter dan berjarak 40 meter di bawah Ngarai Sianok. Terdapat 21 terowongan di dalamnya yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan amunisi, tempat tinggal, ruang pertemuan, ruang pertahanan, ruang pengintaian, ruang penyiksaan, ruang penyergapan, dapur, penjara dan beberapa pintu untuk akses keluar masuk.
Konon katanya pada zaman dulu lobang ini begitu sempit, akses masuknya saja cukup untuk satu orang saja. Namun, sekarang sudah diperlebar dan ditinggikan sehingga lebih mudah untuk kita masuk dan berjalan serta saat berada di dalam lobang kita juga kita tidak akan kekurangan oksigen.
Dengan denah yang kami lihat di luar ternyata yang kami rasakan tidak cukup membantu saat kami berada di dalam Lobang Jepang ini. Di dalam lobang ini cukup gelap dan menyeramkan ditambah dengan banyaknya lorong-lorong kami merasa seperti sedang di labirin. Saat bahagia bisa menemukan pintu keluar, om guide menyarankan untuk kembali ke tangga masuk (yang bisa juga untuk jalan keluar).
Karena kalau keluar dari pintu keluar, jarak yang akan kami tempuh untuk sampai ke parkiran mobil akan lebih jauh. Bayangkan emak-emak beranak dua yang jarang olahraga ini harus menaiki 132 anak tangga. Rasanya tak bisa terkatakan, ngos-ngosan dan kaki serasa kram.
Sebenarnya ada satu lokasi bersejarah dan menegangkan di dalam terowongan ini yang tidak bisa kami foto. Karena lokasi penjara dan dapur ini berada di paling ujung, tempatnya begitu gelap (jika dibanding ruangan lain) dan yang bikin merinding dan kaki gemetar adalah cerita dibalik lokasi ini. Jadi kami cepat-cepat saja meninggalkan lokasi ini karena anak-anak mengeluh gemetar juga. Saya putuskan untuk meminjam foto dari detik.com.
Penjara di terowongan ini sebenarnya berbentuk letter L yang dulu pintunya terbuat dari rotan (sekarang pakai besi). Di dalam penjara ini banyak tahanan yang disiksa tanpa diberi makan dan minum. Telak saja begitu banyak tahanan yang mati.
Di dekat penjara ada dapur yang juga digunakan sebagai pintu pengintaian dibagian atas, sedangkan lobang bagian bawah tempat membuang jenazah yang bagian luarnya adalah sungai. Jadi para tahanan yang mati dibbiarkan dihanyutkan ke sungai tersebut. Tidak terhitung berapa banyak korban nyawa di sini. Sangat memungkinkan di dalam penjara juga menjadi tempat menimbun jenazah pada masa lalu.
Fasilitas yang Ada di Lobang Jepang
Setelah keluar dari terowongan kami memutuskan untuk istirahat sejenak diluar menikmati panorama bukit yang indah dan menyejukkan. Di bagian luar kalian akan temukan miniatur rumah gadang untuk tempat duduk, area bermain anak, musolah, kamar mandi, dan spot tempat makan dan minum serta jualan oleh-oleh khas Bukittinggi.
Di sini juga dapat dengan mudah menemukan fasilitas tersebut karena ada papan petunjuk arah serta papan informasi. Ada juga spot-spot yang cantik buat kamu mengabadikan kenangan saat berkunjung ke sini. Eits.. tapi walaupun asyik jalan-jalan, jangan lupa ikut melestarikan Cagar Budaya ini ya.
LOBANG JEPANG
ALAMAT : JLN. PANORAMA, BUKIT CANGANG KAYU RAMANG, KEC. GUGUK PANJANG, KOTA BUKIT TINGGI, SUMATRA BARAT 26138
JAM BUKA : 08.00-18.00
TIKET MASUK :
- DEWASA DOMESTIK > Rp 15.000
- ANAK-ANAK DOMESTIK > Rp 10.000
- MANCA NEGARA > Rp20.000
32 Komentar. Leave new
Kalo ngintip ke dalam lubang jepang nya, berasa horror ya kak dyah.
ada gak perasaan tengkuk merinding di dalam?
lumayan kk, kaki juga gemetaran. Xixixi… emang dasarnya penakut
Kak dyah, meskipun serem di dalam lobang ke pang, tapi gitu keluar langsung senang sekali, karena fasilitas yang ramah anak. Panorama di sekitar juga bikin mata segar, hijauuuu semua.
Haha mba dyah, aku udah pernah turun ke lobang jepang ni pas smp.
Kapok aku tu.
Dah lah syerem, naiknya gempor aku, tinggi kali.
Untung pernafasanku buatan Tuhan, kalo buatan jepang, dah lah habissss hari tu juga kwkwkwkw
Wkwkkw… bener mak, apalagi sekarang yang udah jarang olahraga. Dah lah, 3 hari kakiku ngenyut
Gak sanggup rasanya yaa membayangkan perjuangan para gerilyawan zaman kolonial dulu. Apalagi yg mengorbankan jiwa dan raganya demi terbangunnya lubang Jepang. Udah jadi eh buat kepentingan penjajah. Yah begitulah namanya juga penjajah
iya kak, ini juga yang jadi alasan kami suka berkelana begini, bisa jadi bahan edukasi buat anak-anak.
Liatin postingan ini satu sisi bikin mupeng karena Emang emak haus jalan-jalan.
Tapi satu sisi kok ada rasa serem liat Poto diatas, bayangin berada di lubang kecil gelap. Daku termasuk yang suka gelagapan di ruang minim cahaya, seperti ada rasa sesak dan sulit bernafas.
HEhehee.. kami jalan-jalannya sambil ngangkut barang serumah bun. Kalua gak gitu, manalah mau jalan-jalan begini. paling di kampung halaman aja. Iya bun, padahal ini udah diperbesar bun. Dulu tingginya cuma muat satu orang aja lobangnya.
Seram juga suasana di dalam lobang Jepang itu. Saya tidak akan berani memasukinya, seierti akan menimbulkan luka pada apa yang pernah dilakukan penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia.
Ya, anak-anak harus tahu agar tidak lupa akar sejarah juga bahwa bangsa kita pernah alami masa kelam dari penjajahan yang tidak mengenal perikemanusiaan.
Miris baca kisahnya tentang penjara dan tempat penyiksaan. Mereka sadis karena apakah ada kaitannya dengan profesi sebelumnya yang dulu samurai atau tentara tradisional Jepang?
Saya berharap tidak ada lagi segala macam bentuk penjajahan di muka bumi ini.
Lobang Jepang tetap harus ada sebagai monumen pengingat.
Seram juga suasana di dalam lobang Jepang itu. Saya tidak akan berani memasukinya, seierti akan menimbulkan luka pada apa yang pernah dilakukan penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia.
Ya, anak-anak harus tahu agar tidak lupa akar sejarah juga bahwa bangsa kita pernah alami masa kelam dari penjajahan yang tidak mengenal perikemanusiaan.
Miris baca kisahnya tentang penjara dan tempat penyiksaan. Mereka sadis karena apakah ada kaitannya dengan profesi sebelumnya yang dulu samurai atau tentara tradisional Jepang?
Saya berharap tidak ada lagi segala macam bentuk penjajahan di muka bumi ini.
Lobang Jepang tetap harus ada sebagai monumen pengingat.
Ini beneran lobangnya panjangnya sampai 1.470 meter? Satu kilo lebih berarti ya, Kak? Untung begitu keluar lobang langsung disambut banyak fasilitas, jadi kayak nemu harta karun, hehehe
kalau dijawa mungkin namanya menjadi goa jepang ya? atau beda lagi? Karena aku jarang buat main kesana meskipun sudah punya list untuk menelusuri sejarah disana
Saya termasuk yang suka wisata seperti ini, Mbak Dyah. Jadi lihat langsung sambil meresapi sejarahnya. Dan itu kalau masuk, memang perlu pemandu ya, Mbak. Takutnya malah nyasar hehehe.
Dan kalau dipikir, memang licik juga ya kaum penjajah. Sengaja didatangkan orang luar sumatera sebagai pekerja, agar rahasianya terjaga.
Semoga keinginan saya jalan-jalan ke Sumatera segera terwujud, Mbak. Mupeng dengan ceritanya hehehe.
Saya salah satu orang yang gelisah kalau berada di tempat yang sempit seperti lobang itu. Mengunjungi keseremannya jadi makin menantang buat saya. Semoga sampai ke Bukittinggi
Seru yah kalo bisa piknik sekeluarga gitu.
Postingan ini membawa saya pada sebuah kenangan saat mengunjungi goa Jepang ini, Mbak. Belum saya tulis di blog padahal sudah sangat lama.
Kapan-kapan saya tulis, aah….
Oh ya, kalau mengunjungi dapur dan penjara tanpa rasa cemas, aslinya biasa saja, kok. Malahan kami foto dengan latar belakang penjara.
Mauu diajak jalan-jalan sih, mbaak. Seru banget ya ini Lobang Jepang. Meski serem juga bayangin gimana kejamnya tahanan diperlakukan jaman dulu. Penjaranya sempit banget pula, hiks. Di sini ada goa buatan Jepang, di bukit gitu. Tapi malah depannya buat jualan mie ayam, haha
Seram juga suasana di dalam lobang Jepang itu. Saya tidak akan berani memasukinya, seierti akan menimbulkan luka pada apa yang pernah dilakukan penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia.
Ya, anak-anak harus tahu agar tidak lupa akar sejarah juga bahwa bangsa kita pernah alami masa kelam dari penjajahan yang tidak mengenal perikemanusiaan.
Miris baca kisahnya tentang penjara dan tempat penyiksaan. Mereka sadis karena apakah ada kaitannya dengan profesi sebelumnya yang dulu samurai atau tentara tradisional Jepang?
Saya berharap tidak ada lagi segala macam bentuk penjajahan di muka bumi ini.
Lobang Jepang tetap harus ada sebagai monumen pengingat.
sebelum kesini kudu latihan fisik dulu kayaknya nih. tangganya aja tinggi gitu.
Waah seru ya mbak. Saya pernah ke gua jepang Dago, Bandung. Ada spot foto di tebing gitu juga. Asli emang kaya tantangan ya ketika menelusurinya.
Kerennya ini ada area main anak gitu ya. Jadi referensi buat nanti kalo berkesempatan ke Payakumbuh nih. ???
waaaah.. panjang banget ya. goa jepang yang di bandung ga samapi 600 meter. hayo lanjut bandung, mbak. tak temenin 🙂
Seru yak wisata liburan bareng keluarga. Selain happy juga menambah wawasan tentang lobang Jepang dan edukasi buat anak jugak. Selalu bahagia ya mba buat keluarganya
Waktu ke Bukittinggi, aku cuma ngelewatin Lobang Jepang ini mbak. Karena aku diajak teman dan seharian keliling Bukttinggi dan Agam, jadi Lobang Jepang ini kami lewatkan. Sayang banget…
napak tilas tempat bersejarah kayak gini sebenarnya seru yaa mbak…. tapi kadangkala serem juga apalagi kalo ada cerita horor yang melatarbelakanginya kayak penjara bawah tanah itu… hiii sereeeem juga yaaa….
Jadi inget nih mbak kalau di Bandung, daerah Dago juga ada namanya Gua Jepang sama Gua Belanda. Serem sih gelap-gelapan juga hehehe. Tapi seru karena bisa tahu sejarah masa lalu
Whaaaa pengen banget main ke sini. Ini terkenal banget kan ya tempat wisatanya.
Ahh.. pengen juga ke lobang jepang kak. Tapi blom kesampaian. Katanya serem di dalamnya. Di daerah bukittinggi banyak tempat wisata lain juga kan yaaa..
Ya ampun ngeri banget itu fotonya duh kalau kesana kayaknya ga kuat deh hehe soale saya penakut. Btw tapi seru juga ya diluarnya ada fasilitas bermain anak.
Orang2 pada takut ke lobang jepang, awak malah kepo hehe, sayangnya saya belom pernah ke sumbar sama sekali
Sering dengar tentang tempat wisata "lobang Jepang" ini, gak nyangka di dalamnya fasilitasnya lengkap banget, kebayang masa itu gimana ya ngerjainnya dengan teknologi yang belum semodern sekarang iji
Liat ini jadi inget goa jepang yg di bandung kaaak. Tp seru yaa bukittinggi adeeem