

Langit biru… Awan putih…
Terbentang indah… Lukisan Yang Kuasa
(Petikan lirik lagu “Balon Udara”)
Saat mengetahui tema tulisan kali ini, saya jadi teringat dengan lagu yang berjudul “Balon Udara” yang beberapa hari ini sering saya dengarkan bersama anak-anak. Generasi cilik awal tahun 2000an pasti familiar dengan petikan lirik yang dinyanyikan oleh Sherina Munaf ini.
Memang saat melihat langit biru dan awan putih yang berarak, sungguh menenangkan jiwa. Apalagi ditambah dengan menghirup udara bersih dan segar bebas polusi. Serta pemandangan alam yang menyejukkan. Sungguh lukisan Sang Maha Kuasa yang patut disyukuri.
Sayangnya beberapa hari ini, langit Pekanbaru mulai berwarna abu-abu. Memang sih, tidak separah bencana tahun 2019 lalu. Tapi cukup membuat ketidaknyamanan, apalagi di tengah kondisi pandemi saat ini.
Ternyata benar saja, saat kemarin saya mengikuti Webinar yang bertajuk “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan. Guna Mewujudkan Program Langit Biru” yang diadakan oleh Kantor Berita Radio (KBR) dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Salah satu narasumber yaitu Bapak Dasrul Chariago (Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK) memberikan informasi bahwa berdasarkan data dari aplikasi ISPUnet (aplikasi tentang indeks standar pencemar udara) menunjukkan kualitas udara kota Pekanbaru berada di angka 122 yang artinya kualitas udara tidak sehat.
Hal ini dikarenakan, adanya beberapa titik api (kalhutla) di Riau yang memang sering terjadi di musim kemarau seperti sekarang. Apalagi ditambah dengan masalah emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang tidak pernah absen, semakin hari semakin bertambah saja jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalanan. Belum lagi ditambah dengan pencemaran udara lainnya seperti gas buang pabrik / industri, pembangkit listrik, dan lainnya.
Jika terus begini, apa yang akan terjadi dengan kondisi bumi beberapa tahun ke depan? Bukan hanya kelestarian bumi yang terancam dan langit menjadi kelam kelabu, tetapi kesehatan juga tentu saja ikut terganggu. Mulai dari gangguan pada sistem respirasi mulai dari asma sampai ISPA, penyakit jantung, kanker dan berbagai penyakit lainnya. Jadi bagaimana donk caranya kita bisa menghindari hal tersebut?
Program Langit Biru, Kendalikan Pencemaran Udara
Program Langit Biru diluncurkan pertama kali oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1996 melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996. Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara. Serta meningkatkan perilaku sadar lingkungan bagi masyarakat baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor.
Telah banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk menyukseskan Program Langit Biru ini terutama dalam menurunkan pencemaran udara dari gas buang kendaraan bermotor. Seperti melakukan pengembangan teknologi otomotif berwawasan lingkungan, inspeksi kelaikan kendaraan bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah berjalan, termasuk juga yang sedang dijalankan sekarang adalah kebijakan penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, saat ini melalui Program Langit Biru, Pertamina meluncurkan Promo Pertalite Harga Khusus di beberapa kota. Sehingga konsumen dapat merasakan performa Pertalite dengan harga Rp 6.450 per liter, lebih rendah Rp 1.200 dari harga normal Pertalite yaitu Rp 7.650.
Adapun Promo Pertalite ini berlaku khusus untuk konsumen kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, angkutan umum kota (angkot) serta taksi plat kuning. Semoga program ini juga bisa dilaksanakan di kota-kota lain.
BBM Ramah lingkungan, Apaan Tuh?
Tergelitik dengan tema kali ini, akhirnya saya bertanya pada suami yang notabene lebih paham masalah otomotif. Selepas makan malam saya ajak beliau untuk berdiskusi.
“Bi… Abi pake BBM jenis apa untuk mobil dan motor kita?” Tanya saya kepada beliau. Langsung dijawab, “Pake pertalite. Selain lebih bagus, harganya juga standar. Plus gak perlu antri. Kalau premium, aduh antrinya panjang sekali.”
“Memang ada bedanya ya pake premium, pertalite dan pertamax?” tanya saya kembali.
“Jelas donk. Semakin mahal harga BBM semakin bagus juga kualitasnya. Premium itu memang murah tapi bikin mesin kotor dan mudah panas. Akhirnya, ya mesin jadi cepat rusak. Kalau pake premium, kita harus rajin service. Makanya mending pilih pertalite. Kalau mau lebih bagus sih pake pertamax, cuma ya itu harganya kan lumayan. Dulu awal-awal beli motor, abi pake pertamax lho. Sayangnya saat itu harga pertamax naik jadi beralih ke pertalite. Padahal emang terasa saat mengendarainya. Pake pertamax itu suara mesinnya mulus banget”, penjelasan suami panjang lebar kepada saya.
“Oh begitu, berarti sama nih bi dengan informasi yang ummi dapatkan dari webinar tadi pagi”, ujar saya kembali.
Wah, memang benar ya. Tenyata apa yang dibicarakan dengan suami sejalan dengan yang disampaikan Bapak Tulus Abadi, selaku Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bahwa premium itu nilai oktannya paling rendah, jadi walaupun harganya murah banyak juga kerugian yang akan didapat.
Bahan bakar minyak ( BBM) yang dijual di Indonesia memang terbagi menjadi beberapa jenis, dengan nilai oktan atau Research Octane Number (RON) yang berbeda-beda. Berikut rinciannya:
- Oktan Premium 88
- Oktan Pertalite 90
- Oktan Pertamax 92
- Oktan Pertamax Turbo 98
- Oktan Pertamax Racing 100
Nah, semakin tinggi nilai oktan yang ada pada BBM maka bahan bakar akan terbakar dengan sempurna efeknya ketukan akan lebih jarang terjadi sehingga mesin pun jadi lebih awet. Selain itu emisi gas buangan dari kendaraan bermotor juga akan semakin sedikit.
Oleh karena itu, semakin tinggi nilai oktan suatu BBM maka semakin ramah lingkungan. Akan tetapi sayangnya akan semakin tinggi pula harga jualnya. Saya berharap akan ada solusi untuk masalah ini, mungkin dengan penurunan harga pertalite dan pertamax atau adanya subsidi untuk BBM jenis ini.
Kenapa kita harus peduli?
Jika ada yang bertanya, kenapa sih kita harus peduli dengan Program Langit Biru ini? Jawabnya karena kita berhak atas udara bersih!
Menurut Mbak Citra Dyah Prastuti perwakilan Kantor Berita Radio (KBR), saat ini kita telah mengalami krisis iklim (Climate Crisis). Krisis iklim yang kita alami ini, tentu berdampak pada kehidupan dan bencana. Siapa yang berkontribusi mencetuskan krisis iklim ini? Tentu saja manusia.
Data menyebutkan bahwa Indonesia merupakan posisi ke-4 penghasil emisi gas kaca. Karenanya kematian akibat polusi udara naik menjadi 3 juta pada tahun 2018 (sebelumnya tahun 2015 : 2,9 juta) dan ini masih terus bertambah. Butuh kesadaran publik dimulai dari diri kita sendiri untuk menyukseskan Program Langit Biru ini.
Menjadi Pahlawan Langit Biru
Sebenarnya pahlawan langit biru disematkan untuk Anggota Manggala Agni atas nama Asmara (39), Daops Muara Bulian, Jambi yang gugur saat memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2019 lalu. Beliau dan para Tim Satgas Karhutla serta para relawan bersedia berkorban nyawa demi membuat langit kembali berwarna biru dan udara menjadi lebih layak untuk dihirup.
Menurut pendapat saya, dengan semangat yang sama kita juga bisa menjadi pahlawan langit biru tanpa perlu turun memadamkan api di hutan sana. Dengan membantu mewujudkan program langit biru.
Memang apa saja yang bisa kita lakukan? Di bawah ini beberapa cara sederhana yang bisa kita usahakan, seperti:
-
Beralih ke Bahan Bakar Oktan Tinggi
Memang masalah harga, sangat sensitif terutama bagi kemampuan ekonomi masyarakat yang menurut karena terimbas dari pandemi ini. Namun, setidaknya kita bisa beralih dari premium ke pertalite. Terlebih lagi jika suatu saat nanti pemerintah melakukan subsidi untuk pertalite dan pertamax, maka sebaiknya kita tinggalkan premium. Kontribusi yang kita lakukan ini bukan saja akan memberi efek yang baik untuk kendaraan kita tapi juga untuk menyukseskan Program Langit Biru ini.
-
Manfaatkan Transportasi umum
Selain untuk mengatasi kemacetan, menggunakan transportasi umum juga akan menghemat pengeluaran serta mengurangi polusi. Bersyukur pemerintah sudah mendukung dengan terus berusaha menyediakan transpotasi umum yang layak bagi masyarakat.
-
Gunakan Kendaraan Ramah Lingkungan
Akhir-akhir ini bersepeda mulai banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat. Mungkin jika memungkinkan kita bisa menggunakannya untuk ke sekolah, kantor ataupun warung. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga bisa menyehatkan tubuh kita. Saya sangat iri dengan Selandia Baru, Demark dan Jepang yang termasuk kota bebas polusi. Di sana warganya lebih suka naik sepeda.
Selain sepeda kita juga bisa menggunakan sepeda listrik. Nah, ini yang saya lakukan. Saya memilih menggunakan sepeda listrik untuk menjemput anak sekolah dan belanja ke warung. Sepeda listrik ini lebih murah dibandingkan sepeda motor selain itu tidak perlu dilakukan service berkala dan membayar pajak tahunan. Namun, sayangnya jika rusak atau baterainya soak, spare partnya masih sulit didapat dan harganya juga cukup lumayan. Tapi sejauh ini saya cukup puas menggunakannya.
Begitu pun dengan mobil listrik. Memang saat ini mobil listrik masih cukup mahal, hanya saja mobil listrik ini sudah mulai dilirik. Contohnya saja Jakarta yang sudah meluncurkan taksi mobil listrik.
-
Jangan bakar Sampah Sembarangan
Cara sederhana ini juga bisa kita lakukan di rumah. Lakukan gerakan pilah pilih sampah dan jangan membakar sampah sembarangan. Gas klorin yang dihasilkan dari pembakaran sampah ini dapat membuat debu, polusi udara karena karbondioksiada (CO2) terlepas ke udara serta bisa merusak atmosfer bumi. Selain itu, untuk mengatasi pencemaran udara di rumah kita bisa menanam tanaman anti polutan.
-
Sebarkan Informasi
Bagi yang aktif di media sosial dan blog, mari kita manfaatkan media-media iniuntuk menyebarkan edukasi tentang Program Langit Biru ini kepada orang lain khususnya kaum milenial. Selain itu bisa juga dengan cara tradisional yaitu dari mulut ke mulut. Memang cara ini simple, tapi masih sedikit yang melakukannya. Padahal bayangkan jika semua bergerak, program ini pasti sukses.
Bagaimana masih ragu untuk bergerak? Emmm.. Jangan donk! Ini semua demi keberlangsungan kehidupan kita di bumi ini. Mau tahu lebih jelas tentang Program Langit Biru ini? Yuk, simak selengkapnya di acara Webinar yang bertajuk “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan. Guna Mewujudkan Program Langit Biru” di bawah ini.
23 Komentar. Leave new
Kalau bukan dari diri sendiri peduli tentang lingkungan maka skala besar pun tak akan peduli ya mbak. Oya aku paling sebel sama org yang suka bakar sampah sembarangan apalagi itu ban mobil. duh asapnya itu lho ganggu banget
Bener banget mbak, untuk mencapai keberhasilan suatu program yang melibatkan banyak orang. yang utama harus bergerak itu adalah diri sendiri terlebih dahulu.
Alhamdulillah udah lama isi BBM dengan pertamax. Alasannya karena ngga antri sama sekali. Walaupun harganya cukup wow buat kendaraan roda dua mah. Tapi, ngga tau kenapa, tiap abis isi pertamax pasti kendaraan tuh enak rasanya. Kaya enteng mesinnya
Iya mbak krn pertamax itu nilai RONnya tinggi, jadi pembakaran lebih bagus dan tentunya mesin jadi lebih awet.
Semoga ke depan negara kita mampu menekan polusi udara dengan menyediakan transportasi umum yang lebih memadai. Sehingga udara menjadi lebih bersih dan segar
Aamiin ya Allah.. mudah-mudahan bisa seperti Jepang dan uni eropa ya mbak yang sistem transportasi umum nya sudah bagus. Sehingga orang lebih senang menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi
Langit biru menjadi kebutuhan kita bersama
Sudah tugas kita semua juga untuk mewujudkannya
Mari bersama menjaga bumi agar menjadi tempat yang nyaman untuk saat ini dan masa yang akan datang
Yap, bener mbak. Langit biru ini kebutuhan kita bersama dan harus kita lakukan bersama-sama juga
Program langit biru sudah diluncurkan sejak tahun 1996? Lumayan lama juga ya, tapi kok sepertinya nggak ada gaungnya gitu. Atau saya aja yang nggak update info?
Udah lama banget mbak.. Sepertinya memang kurang sosialisasi mbak. Tapi untuk kebijaksanaannya seperti udah sering didengar seperti mengganti bus-angkot yang tidak layak jalan, pengecekan standar emisi gas buang dan lainnya
Semoga semakin banyak masyarakat yang peduli lingkungan dengan cara baik seperti ini ya kak. Alhamdulillah, suami juga lebih suka bahan bakar beroktan tinggi sekarang.
Alhamdulillah… Karena emang lebih bagus ya mbak
Program langit biru ini berhubungan dengan penggunaan bahan bakar minyak tho. Jadi makin yakin beli bbm ramah lingkungan deh. Beda harga sedikit tidak apa. Sayang kendaraan pribadi juga.
Tentunya mbak, karena emisi gas buang dari kendaraan bermotor itu jadi salah satu sumber masalah polusi udara. Wah, bagus banget mbak juga udah pake bbm yg ramah lingkungan
Bener kak Dyah. Apalagi sebenarnya premium itu cuma dikhususkan masyarakat tidak mampu. Anehnya yang ikut ngantri malah kendaraan roda empat yang tergolong mewah.
Padahal itu kan merusak mesinnya. Karena tidak cocok dengan oktan yang dikonsumsi.
Iya kak, sering liat kl lagi natri di SPBU hehe
Setuju, kita berhak dapat udara bersih. Tp kadang tidak aware dan tetap melakukan pencemaran. Semoga awan nan biru selalu bisa kita saksikan ya
Iya nih, kalau enggak kita yang menyelematkan bumi ini siapa lagi ya kan. Penting banget kesadaran dalam diri untuk menjadi lingkungan kita supaya nyamana ditinggali. Saya pun kalau beli BBM pilih pertalite aja.
Cara menjadi pahlawan langit biru gak mesti turut memadamkan api di tengah kebakaran hutan ya, tetapi dengan menggunakan kendaraan beroktan tinggi, tidak membakar sampah sembarangan dan lain-lainnya bisa kita lakukan masing-masing ya
demi kebaikan bersama dan pasti diri kita jugaa ya, wajib banget ini bisa jadi bagian pahlawan langit biru.
ohyaa, semakin tinggi oktan kan juga semakin hemat ya sebenarnya walau harga emang lebih mahal sih ya.
naah, saya banget nih dengan PakSu sering negur dia karena masih sering bakar sampah ketimbang dibawa ke TPS aja gitu, huhuhh
Kita harus jadi pelopor untuk mendukung menggunakan bahan bakar pertalite dan pertamax dan beralih dari premium. Karena sangat merusak lingkungan bagian udara
Terus diupayakan jadi pahlawan langit biru.