Secara umum hutan bisa disebut sebagai kawasan atau wilayah yang ditumbuhi oleh perpohonan lebat. Sedangkan menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, definisi hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Manfaat Hutan
Keberadaaan hutan ini sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup semua mahluk yang mendiami bumi ini. Bukan hanya manusia tetapi juga bagi jutaan spesies hewan dan tumbuhan. Jika terjadi suatu hal yang buruk menimpa hutan tentu akan berimbas pada keseimbangan alam di bumi ini yang tentunya juga akan terganggu. Karena memang hutan memiliki banyak manfaat, diantaranya:
-
Sebagai paru-paru dunia
Manfaat hutan yang utama adalah sebagai paru-paru dunia. Seperti yang sudah kita pelajari sejak sekolah dasar, fungsi tumbuhan adalah untuk menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida. Oksigen yang dihasilkan inilah yang menjadi oksigen alami yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan hewan. Sedangkan karbondioksida yang diserapnya juga berperan penting dalam mengurangi polutan. Maka, tidak heran hutan mendapat julukan sebagai paru-paru dunia.
-
Penyimpan cadangan air
Hutan juga berguna untuk menampung air dan mengisi aquifer. Air hujan yang turun ke bumi diserap oleh akar-akar tumbuhan yang hidup di hutan. Air yang mengalir melewati akar tersebut akan turun ke dalam aquifer dan mengisi kembali air tanah yang penting untuk minum, sanitasi, irigasi, dan kebutuhan manusia lainnya. Bisa dibayangkan jika hutan gundul, tentu saja bencana banjir dan longsor tidak dapat dielakkan.
-
Pengatur iklim di bumi
Hutan pemegang peranan sebagai pengatur iklim karena telah membantu menyerap karbondioksida yang jika terlepas ke atmosfer dapat menjadi salah satu unsur yang bisa mempercepat pemanasan global. Jadi semakin banyak perpohonan di hutan, semakin banyak juga karbondikosida yang terserap, maka pemanasan global semakin bisa diminimalisir. Itu artinya suhu dan iklim di bumi jadi lebih terkontrol.
-
Tempat keanekaragaman hayati (biodiversity)
Hutan merupakan rumah bagi ribuan dari berbagai spesies fauna (hewan) dan flora (tumbuhan). Berbagai hewan liar dan tumbuhan liar yang hidup di hutan ini sangat menggantungkan diri dari keberlangsungan hutan. Menjaga hutan berarti kita turut serta melestarikan mereka dari kepunahan.
Sebenarnya masih banyak manfaat hutan selain keempat manfaatnya yang saya sebutkan di atas. Karena itu sudah selayaknya hutan harus kita jaga. Menjaga hutan, berarti kita menjaga bumi. Namun, apa jadinya jika kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi?
Kebakaran Hutan dan Lahan
Berdasarkan data dari sipongi.menlhk.go.id, total luas kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2019 sebanyak 1.649.258,00 hektar. Sedangkan menurut data dari bnpb.go.id tercatat total kawasan yang terkena sampa karhutla ini mencapai 942.485 hektar yang terdiri dari 672.708 hektar merupakan lahan mineral dan 269.777 hektar lahan gambut.
Kalimantan tengah adalah provisnsi dengan total kawasan yang paling besar mengalami dampak karhutla ini yaitu sebesar 161.298 hektar. Disusul dengan Kalimantan Barat (131.654 hektar), NTT (120.143 hektar), Kalimantan Selatan (115.317 hektar), dan Sumatera Selatan (92.635 hektar). Adapun dilihat dari titik panasnya atau hotspot yang tercatat mencapai 195.332 titik.
Walaupun ada perbedaan data antara Menlhk (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia) dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tapi kita semua sepakat bahwa bencana karhutla tahun 2019 yang lalu merupakan bencana yang sangat besar.
Bencana karhutla ini memang ada yang terjadi karena faktor alami tapi sebagian besar disebabkan aktivitas manusia yang membuka lahan dengan cara pembakaran yang tidak terkendali. Pembakaran tersebut dilakukan dengan berbagai alasan misalnya untuk pembukaan lahan baru untuk pertanian dan perkebunan, untuk membangun permukiman, dan lainnya yang dilakukan orang pribadi, kelompok maupun korporasi.
Padahal efek buruk dari karhutla ini bukan sekedar merugikan orang di sekitar daerah hutan dan lahan yang terbakar saja. Akan tetapi, asap yang timbul dari kebakaran tersebut bisa menyebar ke banyak daerah dan tentunya membahayakan orang banyak. Termasuk kami.
Bencana Kabut Asap Karhutla 2019
Bulan April tahun 2019 lalu saya dan keluarga pindah dari Medan ke Pekanbaru. Belum sebulan merasakan sebagai warga pendatang di kota Pekanbaru, eh kami sudah merasakan bencana kabut asap tebal akibat dari karhutla.
Terhitung dari bulan Mei hingga Oktober, lebih dari lima bulan hujan tidak kunjung datang. Kemarau panjang dan cuaca super panas menambah sulitnya menanggulangi karhutla ini. Mungkin ini adalah dampak yang tidak bisa terelakan dari terganggunya fungsi hutan sebagai pengatur iklim di bumi.
Selama itu juga kami tidak bisa menghirup udara segar dan melihat birunya langit. Asap pekat menyerang dan membuat kami susah beraktivitas bahkan untuk bernafas. Anak-anak terpaksa diliburkan dari sekolahnya. Karena memang sangat membahayakan untuk beraktivitas di luar. Banyak sudah banyak yang tumbang dan menjadi korban bencana kabut asap ini.
Akhirnya kami memutuskan untuk tetap berada di rumah, keluar hanya untuk belanja keperluan rumah tangga saja. Akan tetapi ternyta di rumah pun, asap masih bisa masuk. Sehingga kami juga harus menutup lubang-lubang pintu, jendela bahkan lubang ventilasi. Serta menyalakan kipas, AC, dan air purifier.
Banyak warga pendatang seperti kami tidak tahan dan memilih mudik untuk menghindari bencana ini. Tapi kami memilih untuk tetap bertahan di Pekanbaru. Karena jika mudik pun, kami masih tetap akan merasakan asap dari karhutla ini. Karena asal kami, Provinsi Sumatera Selatan kondisinya juga tidak jauh berbeda dengan keadaan kami saat itu di Riau.
Bersyukurnya saat itu, masker medis masih mudah didapat dan harganya masih relatif normal. Sehingga bisa sedikit membantu kami untuk menyetok masker di rumah dan bisa digunakan saat terpaksa harus keluar rumah, terutama suami yang masih harus pergi bekerja.
Saat bencana kabut asap terjadi, kami juga mendapat bantuan dari saudara-saudara kami dari Yayasan Askar Ramadhan yang berada di Surabaya. Mereka melakukan penggalangan dana yang diperuntukan untuk membeli masker. Kami pun diminta untuk membagikan masker tersebut kepada saudara-saudara yang terdampak bencana asap di Pekanbaru ini. Mulai dari driver ojek online, para pedangan kecil, dan lainnya. Masker tersebut sebagian kami bagikan langsung dan sebagian kami titipkan ke Posko pengungsian bencana kabut asap.
Begitu banyak kerugian dengan adanya bencana kabut asap kalhutla ini. Setidaknya menurut BNPB kerugian dari kebakaran hutan dan lahan mencapai Rp 75 triliun. Itu hanya dari segi materi saja, belum lagi dari segi lainnya. Hal ini sudah pernah saya ulas di blogpost saya sebelumnya tentang kerugian dari bencana kabut asap.
Tentunya juga bukan manusia saja yang merasakan kerugian dari karhutla ini tapi tumbuhan dan hewan juga terkena imbasnya. Bahkan kemarin ada berita yang memberitakan bahwa ada harimau, ular, dan hewan hutan lainnya yang masuk ke pemukiman penduduk karena hutan sebagai tempat tinggal mereka terbakar.
Dengan pengalaman yang terjadi di 2019 lalu, jujur membuat kami mengalami sedikit trauma dan sangat berharap bencana ini tidak terjadi lagi. Saya sadar bencana ini bisa saja kembali terulang jika tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Tapi apa jadinya jika bencana kabut asap di tengah pandemi ini? Hiks, saya berharap itu tidak akan terjadi.
Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi
Hari jum’at tanggal 12 juni kemarin, saya berkesempatan mendengarkan Talkshow Ruang Publik KBP di youtube yang mengangkat tema “Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi”. Wah, senang sekali rasanya bisa ikut serta dalam talkshow ini. Karena memang masalah karhutla menjadi salah satu info yang ingin saya cari tahu.
Dengan host mbak Eka July, talkshow ini mengundang pembicara yaitu ibu Anis Aliati ( Kasubdit Pencegahan Karhutla-Direktorat PKHL, Ditjen Pengendali perubahan iklim, KLHK) dan bapak Bambang Hero Saharjo (Guru Besar Pelindungan Hutan, Fakultas Kehutanan IPB) serta dokter Feni Fitriani ( Ketua Pokja Paru dan Lingkungan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
Ibu Anis Aliati menyampaikan sampai dengan 11 Juni 2020 kemarin, berdasarkan pantauan satelit TerraAqua ada 731 titik api. Riau memiliki jumlah titik api terbanyak yaitu 263 titik, disusul dengan Sulawesi Selatan 102 titik dan Kepulauan Riau 99 titik. Jika dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama, jumlah saat ini mengalami penurunan 335 titik atau sebesar 31,43%. Penurunan ini terjadi karena adanya pencegahan yang dilakukan oleh berbagai pihak termasuk KLHK. Sejujurnya saya sangat bersyukur mendengar informasi ini.
Di talkshow ini, saya juga mendapatkan informasi dari pak Bambang Hero Saharjo yang cukup mencengangkan bahwa menurut peneliti efek emisi rumah kaca yang dihasilkan dari karhutla di tahun 2019 itu sangat besar. Dari kabut asap ini setidaknya ada 90 gas, 50 diantaranya berbahaya bagi manusia. Gas berbahaya itu adalah sulfur dioksida, NO2 (Nitrogen dioksida), CO (karbon monoksida), dan lainnya.
Hiks, jadi itulah yang kami hirup di tahun 2019 yang lalu. Jadi tidak mengherankan jika yang sehat saja bisa terserang penyakit ISPA apalagi yang memang punya riwayat penyakit pernapasan seperti kanker paru, asma, dan sebagainya.
Nah, bagaimana jadinya jika kabut asap kembali terulang di tahun ini yang seperti kita ketahui saat ini kita sedang mengalami pandemi Covid-19? Menurut dokter Feni Fitriani, hal ini akan menjadi beban ganda di masyarakat. Seperti kita ketahui dengan karhutla saja angka kesakitan pasien dengan penyakit pernafasan meningkat apalagi jika karhutla terjadi di masa pandemi saat ini.
Sehingga benar-benar dibutuhkan kerja keras untuk pencegahan terjadinya karhutla dari berbagai pihak. Walaupun dalam segi anggaran jelas berkurang karena dana yang dimiliki negara direposisi untuk menangani bencana Covid-19 yang terjadi saat ini.
Akan tetapi KLHK tetap berusaha seoptimal mungkin dengan patroli terpadu, terpadu mandiri, kampanye, sosialisasi, pemadaman dengan memperhatikan protokol kesehatan. Bahkan melakukan penyemprotan desinfekta dan pembagian sembako sebagai bentuk gerakan kemanusiaan.
Upaya Masyarakat dalam Menjaga Hutan
Para ilmuwan, peneliti, TNI, polri, pemda dan satgas sudah mempunyai tools dan menjalankan perannya guna bersinergi dalam upaya antisipasi bencana karhutla di tengah pandemi ini. Bagaimana dengan kita sebagai masyarakat?
Tentu kita pun bisa ikut andil dalam misi ini. Upaya kita sebagai masyarakat dalam menjaga hutan dari kebakaran di tengah pandemi ini merupakan salah satu tugas yang mulia karena bukan saja menolong diri sendiri dan keluarga tapi juga menolong orang banyak dari bahaya dan bencana. Caranya tentu dimulai dari sekitar kita, Seperti :
1. Hindari membakar sampah, terutama saat angin kencang. Angin yang bertiup kencang akan berisiko menyebarkan kobaran api dengan cepat dan menyebabkan kebakaran. Kalaupun terpaksa pastikan tidak ada barang yang mudah terbakar dan tetap berjaga di area pembakaran. Serta setelah selesai melakukan pembakaran, pastikan untuk mengecek api sudah benar-benar padam sebelum meninggalkan tempat itu.
2. Tidak membuang puntung rokok sembarangan di area hutan atau lahan. Ini sangat banyak terjadi terutama di lahan pinggir jalan. Para pengguna jalan seringkali membuang putung rokok masih dalam keadanya menyala. Dengan kondisi kemarau, rumput kering sehingga mudah sekali memicu terjadinya kebakaran.
3. Menyiapkan peralatan seperti selang, tong air, dan alat lainnya untuk memadamkan api jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran hutan ataupun lahan.
4. Melakukan patroli bergilir dan pengawasan rutin saat musim kemarau seperti ini terutama pada tempat-tempat yang memang rawan terjadi kebakaran.
5. Ikut mensosialisasikan info dan gerakan pencegahan karhulta ini misalnya melalui media sosial kita. Hal ini saya rasa yang paling mudah karena bisa dilakukan di rumah saja.
Turut serta menjaga hutan, berarti kita ikut menjaga udara yang sangat kita butuhkan. Selain itu juga kita juga bisa mencegah perubahan iklim yang ektrim. Karena memang hutan itu adalah paru-paru dunia dan pengatur iklim di bumi.
Selain itu juga hal tersebut bisa menyelamatkan tumbuhan dan hewan yang mendiami hutan. Plus tentunya juga bumi sebagai tempat kita berdiam. Ayo, turut serta menjaga kelestarian hutan, demi kebaikan kita bersama.
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.
- http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran
- https://bnpb.go.id/berita/kerugian-kebakaran-hutan-dan-lahan-sepanjang-2019-capai-rp-75-triliun
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan
- https://www.brilio.net/creator/17-cara-mencegah-kebakaran-hutan-dan-lahan-748f1c.html
- Aplikasi Freepik
- Aplikasi canva
- foto pribadi
83 Komentar. Leave new
wuaaah bagus ih kak masyaAllah tulisannya mengenai #hutandanudara ini. emng emisi rumah kaca paling dominan sih dlm pengrusakan yg muncul akibat karhutla ini. dan paling parahnya lagi kalau saat2 ini terjadi karhitla, nauzhubillah…..semoga kita semua bsa aman damai sentosa ya kak hidupnya. apalagi klo kita ikut andil langsung utk mencegah karhutla ini terjadi.
Alhamdulillah.. makasih kk lance. Iya kak, harapannya semoga gak terjadi karhutla dari di tahun ini dan tahun selanjutnya.
ada banyak kasus kebakaran lahan dan hutan, sedih makanya…liat ekosistem dan tempat-tempat hidup hewan lainnya terbakar. Oh iya, mnurut pandangan saya pribadi, ada lahan-lahan yg sngja dibakar utk kepentingan korporasi
Seperti itulah kenyataannya mbak. Tapi ah, susah mengatakannya.
Pasti sedih ya, kalau kena dampak karhutla ini. Semoga semua pihak makin meningkat kesadarannya.
Sedih pake banget mbak, berulang kali kami mengalaminya
Iya ingat bgt kebakaran hutan yang terjadi tahun lalu. Ga hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri, salah satunya Australia. Duh teh sedih liatnya
Betul banget mbak, di beberapa negara juga terjadi karhutla tapi tidak separah Indonesia
Yang bikin gemas itu kok ya tiap tahun ada karhutla. Apakah pemerintah tidak punya tindakan pencegahan? Belajar dari pengalaman untuk membuat kebijakan yang berbeda mungkin? Ya masak masuk ke lubang yang sama terus??
Pemerintah sudah melakukan pencegahan, tapi tahu sendiri luas perkebunan dan hutan di Indonesia luas. Dan banyak oknum yang masih nakal.
Ah lengkap tulisannya…
Emang ya mbak, hutan harus dijaga..
Karena hutan juga sumber kehidupan
Makasih, yap bener banget hutan itu sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi ini.
Wah, lengkap banget ini, pembahasannya, Mbak. Moga terpilih tulisannya, ya. Memang kebakaran hutan ini yang saya inget tahun 2019 yang lalu sampai bikin enggak nyaman bernapas. Padahal posisinya saya di Jawa, kan, ya? Gimana sama yang di Pekanbaru dan daerah sekitarnya. Makanya hutan sebagai paru-paru dunia, kalau kebakaran hutan dampaknya ke banyak hal, termasuk kesehatan, lingkungan dan lainnya
Aamiin, mksh teh doanya. begitulah teh, sesaknya ampun. Berbulan-bulan merasakan hal itu
Sayangnya hingga saat ini kenapa sanksi bagi para perusak lingkungan tidak terlalu tegas ya kak. Saya berharap nantinya sanksi bisa lebih berat dan tegas agar menimbulkan efek jera bagi siapapun yang mencoba merusak hutan atau lingkungan.
Jadi ingat tahun lalu, parah bgt karhutla. Kami yg di Medan kena dampak. Baik yg dr sumut maupun kiriman daerah lain.
Setuju, perlu menjaga hutan agar udara juga terjaga
Iya bang, nah itu aku baru banget pindah dari medan ke Pekanbaru
Semoga gak terjadi lagi ya mba..
Aku inget temanku pernah cerita saat karhutla tahun lalu. Anaknya sampe sakit, bahkan asap juga masuk ke dalam rumah ?
Begitulah mbak, kami sampe harus nutup celah-celah pintu dengan kain basah dan menutup ventilasi udara.
Hutan sebagai paru-paru dunia sudah seharusnya kita jaga dan lestarikan. Apalagi saat ini banyak terjadi perubahan iklim. Anehnya manusia malah saling menyalahkan ya…
Patut didukung upaya pemerintah dalam menanggulangi kebakaran hutan. Meski kita tahu, mafia nya sulit sekali diberantas
Setuju banget mbak, sudah saatnya berhenti saling menyalahkan dan bahu membahu mencegah kejadian itu terulang kembali
tulisan yang sangat informatif mbak.
Semoga karhutla tidak terulang di tahun-tahun selanjutnya. Mengerikan sekali kalau sampai 90% Gas itu kembali dihirup oleh saudara-saudara di Pekanbaru-riau.
Hiks.. bukan hanya Pekanbaru sebenarnya mbak tapi jambi, sumsel dan sebagai beaar pulau Kalimantan
Sedih banget ya Mbak jika ini terus berlanjut, di masa depan hutan mungkin tinggal dongeng. Masyarakat memang harus ikut serta menjaga hutan. Semoga kita tetap aman dan bijak memperlakukan alam ya Mbak
Bijak memperlakukan alam berarti kita menyelamatkan kita dan keluarga juga ya gak mbak.
Jadi inget juga waku bencana asap di Banjarmasin. Jalanan itu bener-bener gak keliatan, jarak pandang 0. Ngelist langsung pohon-pohon kebakar di pinggir jalan. Kami yang tinggal di asrama jadi susah, harus mengurung diri. Pakaian di jemuran juga pada bau asap. Dan itu berlangsung cukup lama. Semoga gak terjadi lagi
Iya mbak, bahaya banget buat pengendara apalagi saat malam hari. Duh, beneran gak nyaman
Kalo masalah Karhutla, di daerah saya biasanya mengalami di saat musim kemarau. Ada yang memang sengaja dibakar tapi ada juga yang terbakar sendiri. Udara dipenuhi kabut asap, jadi harus hati-hati dalam perjalanan karena pandangan terhalang.Ditambah lagi bagi yang saluran pernafasannya rentan bisa kena ispa.
Memang karhutla ada yang secara alami mbak, tapi lebih banyak karena disengaja
Aku kena asap rokok aja sesak napas ? Nggak kebayang itu yang sampe berbulan-bulan menghirup asap karhutla. Semoga nggak terjadi lagi ya.
Ah, bener banget ini Mba Tri. Kena asap rokok saja sudah gak nyaman, apalagi asap kebakaran hutan. Saya ingat sahabat saya di Dumai, Riau, setiap ada kebakaran hutan dan lahan, dia pasti mengungsi ke rumah mertuanya di Padang. Kasihan bayi-bayi di sana. Dulu waktu saya masih kerja di media juga ada berita bayi meninggal karena asap ini. Sungguh mengiris-iris hati kisahnya.
Hiks.. betul mbak. Aku juga sensitif banget ma asap rokok. Dan saat bencana kabut asap itu berkali lipat dari asap rokok.
Menyelamatkan hutan dengan nggak lagi adanya pembakaran harus banget dong, soalnya banyak manfaat hutan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup, khususnya manusia
Bukan hanya manusia tapi juga hewan dan tumbuhan mbak.
suka sedih kalau tiba2 asap yg bersumber dari ladang atau hutan mensatroni wilayah penduduk. nafas jadi sesak. binatang2 yg di hutan juga bingung mau lari kemana. kenapa sih merambah hutan harus dibakar?
Karena sulit mbak membersihkan sampah sisa pohon yang ada lahan dan hutan jika tidak dibakar
Debu dan asap akibat kebakaran hutan sudah seperti langganan di Sumatera ya mba. Semoga Mba Dyah dan keluarga tetap sehat walafiat. Bentar lagi musim kemarau nih, bakal kejadian lagi masalah yg sama. Bosan saya sebenarnya komentar soal karhutla ini. Sudah di luar kepala, sudah hapal sehapal-hapalnya. Jauh sebelum jadi mahasiswa kehutanan masalah ini sudah ada. Sekarang sampai anak saya 3, masalah yg sama tak kunjung terselesaikan.
Wah, mbak mutia sarjana kehutanan. Iya nih mbak gak selesai-selesai ya. Ya walaupun harus terulang. Tapi setidaknya jangan sampai parah banget kayak tahun 2015 dan 2019 mbak. Itu melumpuhkan semuanya.
Tugas kita bareng bareng ya mbak buat jaga hutan karena itu berarti jaga diri kita sendiri. Karena hutan yang lestari membuat ketersediaan udara segar yg berarti menentukan kesehatan manusia.
Soal bencana kebakaran, udah kayak lingkaran setan. Gak beres2…banyak oknum yang ada di balik ini.
Betul banget bang, menjaga hutan berarti kita juga menjaga diri kita juga
Hutan sebagai sumber kehidupan, sudah sewajibnya kita jaga yah mba. Sedih kalau lihat kebakaran hutan. Duh.. apalagi dampaknya juga sangat luas buat kesehatan. Paparan asapnya bikin sesak napas bahkan bisa ke yang lebih serius. Bener2 harus kita jaga hutan kita sebagai paru-paru dunia dan pengatur iklim di bumi.
Iya mbak jangankan asap karhutla, asap rokok aja klw terhirup, aku dah merasa sesak banget
Ada kekhawatiran tersendiri mengenai pembakaran hutan di daerah Riau ini ya mba Dyah.
Seperti berkala gitu.
?
Semoga org org yg tak bertanggungjawab segera dapat hidayah
Oh iya mba dyah, saya suka sekali warna hijau laksana es krim yg meleleh di blog mba dyah ini.
Disesuaikan dgn tema tulisan ya, hutan yg berwarna hijau.
Aamiin ya Allah. Hehehe.. iya kak biar seger gitu jadi pake warna hijau
Baru tahu istilah Karhutla ternyata akronim dari Kebakaran Hutan dan Lahan dan emang patut jadi perhatian nih karena menghadapi pandemi saja sudah cukup meresahkan apalagi ditambah dengan bencana seperti Karhutla ini.
Hehehe.. iya mbak karhutla itu akronim dari kebakaran hutan dan lahan
Kak saya salkus ama tmpilan blognya. Kecee ? keren bgt. Smoga menangby kak, dan smoga kecenya nular ke saya ????
Makasih mbak.. hehehe.. jadi malu
Aduh aku merinding Kak. Berarti Indonesia sebentar lagi lagi langsung menghadapi 3 masalah besar 1 corona, 2 karthula ini dan 3 kekeringan akibat kemarau. Ya Allah semoga ga ada yang bakar hutan lagi ya kayak tahun-tahun sebelumnya. Serem soalnya
Hiks.. seperti itulah kak. Nyesek banget kan
Halo Kak, tulisannya bagus. Kebetulan aku anak rimbawan. Ayahku seringkali jadi petugas pemadam karhutla di TN Bromo Tengger Semeru. Tepat seperti pesan kakak, bahkan secuil puntung rokok yang masih berapi bisa menyebabkan karhutla. Mudah-mudahan masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap hutan karena hutan kita paru-paru dunia
Duh, putung rokok itu bahaya banget. Di palembang sering kejadi kebakaran lahan rawa pinggir jalan karena pengendara suka buang putung rokok sembarangan
Halo Kak, ternyata kita sama ya, sama sama jadi korban kabut asap. Aku tinggal di Kalimantan Tengah. Kalo musim kemarau masyaa Allah, ada aja lahan gambut yang kebakar dan menyebabkan kota kami tertutup kabut asap. Mudah-mudahan gak ada lagi bencana Karhutla di Negeri ini. Benar pesan kakak, mari kita jaga hutan karena hutan itu adalah paru-paru dunia dan pengatur iklim di bumi.
Dasar Dyah ih,
Ini namanya tulisan sayur lodeh.lengkap semuanya ada disini.
Mengenai karhutla terus terang aja akan terus menerus berjadwal dan berkala karena tipe oknum yang belum juga insaf.
Selama ada kepentingan pasti ada aja deh
Xixixi.. enak donk sayur lodeh. Jadi laper kak
Aku pernah mengikuti sebuah acara dengan pembicara Prof Bambang Hero tentang Karhutla…Dan tercengang ku dibuatnya. Begitu masifnya kejadian kebakaran hutan dan lahan yang sejatinya bisa dicegah dengan peran serta semua pihak. Semoga akan ada solusi terbaik sehingga tidak lagi terjadi karhutla ini
Hutan ini memang harus terus dijaga , agar terus memberi manfaat ya, Mbak Dyah. karena kalau alam sudah marah, maka dampaknya akan kembali ke manusia juga. Makanya saya bersyukur di sini masih banyak hutan, dan terus memberi manfaat bagi masayarat sekitar.
banyak juga ternyata lahan yang sudah terbakar ya, ngeri juga kalau terus berlanjut
Lengkap banget mbak ulasannya, semoga menang ya mba. Aamiin
Tulisannya keren kali mbak karena menyebutkan cara juga buat masyarakat untuk sama-sama mengantisipasi ya. Karena bukan cuma pemerintah, tapi semua orang harus bekerjasama. Anyway, aku di Kalsel lo mbak. Jadi sedih liat angkanya.
Dulu aku pernah tinggal di Kalimantan, mungkin dulu belum pernah ada kasus seperti kebakaran hutan ini ya. Prihatin juga dengan banyaknya kasus kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Semoga ke depannya masyarakat kita lebih menjaga lingkungannya. Jangan sampai kita menderita akibat kelakuan diri sendiri.
Good luck, Mbak Dyah. Tulisannya oke. Moga terpilih dan menang lomba. Ternyata Kalimantan Tengah menduduki urutan pertama kasus karhutla dan terakhir Riau. Saya inegt dulu pas kebakaran di riau, asapnya sampai kerasa ke Bandung. Enggak bisa ngebayangin Warga Riau dan sekitarnya kena dampak kebakaran hutan.
Benar ya mbak, harusnya semua ikut berpartisipasi dalam mengatasi karhutla ini. Semoga bumi kembali membaik ya
Hutan dan udara wajib turut kita jaga demi kelangsungan hidup anak cucu di masa depan ya. Hmm jadi ikut berpikir itu di beberapa tempat di Sumut hutan malah dialihfungsikan jd kebut sawit ya huhuuu
Tulisanbya bagus semoga menang ya mba..oya karhutla ini kebnyakan krena faktor perbuatan manusia ya? krna sy pernah baca untuk lahan gambut ktnya bisa terbakar dng sendirinya?
Semoga tidak terulang lagi tentang karhutla yang merugikan negara hingga 75 T, lagi pula asap asapnya yg bikin menyesakkan pernafasan, yuk lindungi hutan
Kalo mengingat kebakaran hutan langsung auto ingat gimana sedihnya keluargaku dikampung halaman yg merasakan langsung efeknya..
Walaupun hampir tiap tahun terjadi kebakaran hutan dan efeknya buat warga negara juga mnyedihkan.. tapi kenapa setiap kejadian tindakan penanganannya ttp aja lama seakan2 tidak ada evaluasi dari kebakaran tahun2 sebelumnya.
Saya di Jambi juga ngerasain nih mbak. Kesal banget rasanya bencana kabut asap dari karhutla ini kayak nggak tahu kapan berhentinya karena dari saya remaja sampai punya anak, masih saja terjadi. Butuh kesadaran besar dari masyarakat dan penegakan hukum yang tegas.
Bencana kebakaran hutan jadi bencana nasional ya karena dampaknya luar biasa, sebagai masyarakat memang mesti turut mencegahnya ya
Setuju banget mbak bahwa hutan adalah paru-paru Indonesia dan dunia. Sangat disayangkan kalau masih ada oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan ini. Semoga tahun ini tidak terulang lagi apalagi di masa-masa kemarau.
Semoga tidak ada bencana karhutla lagi di masa mendatang, apalagi ditengah pandemi ini.
Bisa jadi dobel bencana buat Nusantara
semoga teknologi yg lg dikembangin pemerintah saat ini bsa dioptimalkan guna mengatasi karhutla di indo ya kak.
Jadi teringat alm. ayah kk yg meninggal di Pku dalam masa dinasnya di sana 1 Juni 2018. Jenazah kami jemput pakai kargo huhuu… Awalnya krn bencana kabut asap di Pku inilah yg memicu asma ayah kumat. Semoga Pku gak ada bencana dr karhutla lagi yaa
Indonesia punya kaya akan hutan, laut, flora dan fauna. Ga semua negara punya. Tapi disisi lain, re tan juga untuk rusak. Pencemaran, karhutla dan juga perubahan fungsi hutan jd industri. Semoga hutan kita bertambah, bukan berkurang
Tempat yang dirindukan saat pandemi..hutan!.
Trekking masuk hutan, jelajah alam..
Jadi sedih kalau hutan dan alam kita rusak ya..?
Dan menariknya hutan Indonesia adalah salah satu paru-paru dunia, dampaknya sangat memengaruhi semua orang. Semoga hutan tetap lestari terutama dari tangan oknum tidak bertanggung jawab
Nggak bisa ngebayangin deh tinggal di daerah yang ada kebakaran hutannya. Aku tuh nyium asap rokok aja langsung sesak dan pusing. Apalagi di saat pandemi ini, kalau kesehatan kita terganggu gara-gara asap dari karhutla, rasanya waswas aja mau ke RS. Jadinya malah bingung harus bagaimana. Semoga saja penegakan hukum bisa lebih tegas, agar tidak ada lagi karhutla di negeri ini.
Kemarin nonton acar di tv tentang bencana-bencana kebakaran di dunia, dan efeknya begitu luar biasa ya bagi masyarakat, paling sedih pas berita kebakaran hutan kalimantan, masuk bulan kemarau mesti lebih hati-hati ya
Hutan di bukit dekat tempat tinggal saya pernah terbakar sekitar 5 tahun lalu. Hampir 75% bukit terbakar habis dan nyaris merembet ke pemukiman. Penyebabnya ternyata pelancong yang asa membuang purung rokok yang tidak dimatikan. Hiks!
Mudah2an tahun ini gak ada bencana karhutla lagi ya, mbak. Aduh, pandemi aja belum berakhir, masa rangorang pemicu karhutla itu mau bertingkah sih ?
karhutla ini memang sudah menjadi bencana tahunan ya, mbak di Indonesia. semoga saja nanti pemerintah bisa menemukan cara mengatasi pembakaran hutan di musim kemarau
Saya nggak kebayang yang pernah ngerasain asap kebakaran hutan yang berhari-hari itu. Jangan kan berhari-hari, sehari aja pasti udah bikin nyesek banget. Semoga bisa saling jaga hutan