Dimana seharusnya anak belajar? – Sudah lebih dari tiga bulan anak-anak belajar di rumah. Hal ini merupakan kebijakan dari pemerintah untuk menekan penyebaran Covid 19 yang sudah menjadi pandemi di Indonesia. Sebagai seorang ‘mantan’ guru dan seorang ibu dari dua anak. Saya melihat banyak anak-anak, orangtua bahkan guru yang kurang siap dengan kebijakan sekolah di rumah ini.
Akibatnya banyak sekali keluhan yang saya baca mulai dari pesan di beberapa grup whatsApp, media sosial hingga berita. Terutama daripara orangtua yang mengalami kesulitan meminta anak-anaknya untuk belajar dan mengerjakan tugas di rumah.
Padahal jika saja sebelumnya para orangtua sudah melakukan home education (pendidikan rumah) dan menanamkan konsep ke anak bahwa belajar itu tidak hanya di sekolah. Tentunya akan mempermudah anak-anak belajar di situasi seperti ini.
Itulah yang coba saya lakukan pada duo AuRa dari beberapa tahun yang lalu. Dimana, kapan saja, dan dengan siapa saja sebenarnya kita tetap bisa belajar. Jadi bukan hanya duduk di sekolah dan dengan guru saja itu yang dikatakan belajar. Hasilnya Alhamdulillah saya tidak mengalami kesulitan membersamai duo AuRa dalam proses belajar di rumah.
Jadi, dimanakah kita seharusnya belajar?
a. Keluarga : Pertama dan utama
Pernah mendengar peribahasa “Al -Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya)”? Pasti sudah sering bukan? Ya peribahasa ini sudah sangat femiliar. Ya, begitulah kenyataannya.
Ibu adalah orang yang paling pertama mengajarkan anak-anaknya belajar. Mulai dari belajar mengucapkan kata, duduk, makan sendiri, hingga pengetahuan-pengetahuan lainnya. Itulah alasan kenapa seorang ibu mestilah smart dan punya banyak ilmu.
Begitupun dengan seorang ayah, selayaknya kepala sekolah. Beliau adalah orang yang berwenang untuk mengeluarkan peraturan sesuai kesepakatan serta menjadi pensupport terbesar seorang ibu dalam mendidik anak-anak di rumah. Bahkan sebaiknya ayahpun ikut turun tangan dalam mendidik putra-putrinya di rumah. Agar generasi kita tidak menjadi generasi fatherless.
Bahkan ada yang unik di Jepang terkait hal ini. Di sana terkenal dengan istilah kyoiku Mama. Kyoiku Mama (Ibu pendidik) yaitu di mana seorang ibu tidak akan pernah berhenti mendorong anak-anaknya untuk belajar sekaligus menciptakan keseimbangan pendidikan yang baik dalam hal fisik, emosional, maupun sosial.
Kyoiku Mama, membuat para ibu jepang mengajarkan disiplin, pengorbanan, kerja sana dan kesederhanaan pada anaknya di rumah. Jadi tidak heran dengan gelar kesarjanaan yang mentereng, para ibu di Jepang tidak malu menjadi ibu rumah tangga. Mereka sadar pendidikan yang mereka tempuh tidaklah sia-sia, karena itu sangat berguna untuk memperjuangkan pendidikan anak-anaknya.
Dari sini kita bisa belajar bahwa rumah adalah salah satu tempat terbaik untuk anak-anak belajar. Tentunya dengan dukungan dan perjuangan para orangtuanya.
b. Lembaga Formal
Setelah ditempah di keluarga, Pendidikan formal salah satunya adalah sekolah akan menyempurnakan pendidikan anak-anak. Selain tempat belajar ilmu pengetahuan, di sekolah juga memungkinkan anak untuk belajar hal lain seperti sosialisasi dengan orang lain, kompetisi yang baik, dan hal lainnya.
Maka susah selayaknya orangtua menjadi sekolah yang baik dan berkualitas untuk anak-anaknya. Mengingat pendidikan di Indonesia yang belum merata kualitasnya. Antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak jarang memiliki kejomplangan yang nyata.
c. Lembaga Informal
Terkadang tidak semua yang pelajaran yang diharapkan anak-anak ada di sekolah. Terutama dalam hal minat, bakat dan skill. Nah, Lembaga informal bisa jadi salah satu solusi tempat anak-anak bisa belajar hal yang ingin dipelajarinya. lembaga ini bisa berupa bimbingan belajar ataupun kursus.
Ingin belajar mengaji bisa ke rumah tahfiz atau madrasah, ingin belajar bahasa inggris bisa ke tempat kursus bahasa inggris, ingin belajar robotik bisa ke kelas robotik, dan lainnya. Lembaga informal ini kita pilih sesuai dengan kebutuhan belajar anak-anak.
d. Lingkungan dan Alam
Banyak orang yang melewatkan belajar di lingkungan sekitar dan alam bebas. Padahal banyak yang bisa kita pelajari di sini.
Di pasar, kita bisa mengajak anak-anak belajar tentang jenis sayur, buah, lauk pauk, dsb. Begitupun di alam bebas, kita bisa banyak belajar, bagaimana burung bisa terbang, katak bertelur, tumbuhan berbunga, dan lainnya.
Begitupun saat jalan-jalan ke pantai, taman, cagar alam, cagar budaya, supermaket, masjid, dan tempat lainnya. Kita tetap bisa mengajak anak-anak belajar banyak hal.
So, mulailah udah paradigma kita dan anak-anak. Belajar itu bisa dimana saja. Bukan hanya duduk manis di sekolah. Di rumah, di lembaga informal, di lingkungan sekitar, di alam bebas pun kita juga bisa tetap belajar dan menimba ilmu.
Belajar pun jangan hanya terpaku terbatas yang di buku cetak pelajaran saja. Tetapi ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Setuju?
15 Komentar. Leave new
setuju kak. hehehe….
makanya org tua saat dia memutuskan utk menikah, dia harus sudah mau mengemban beban berat dipundak utk dpt belajar dan terus belajar tanpa henti demi menjadi org tua yg smart yg nantinya bisa jadi teladan buat anak2nya. ah klo cerita mengenai proses menjadi smart ini ,gk akan ada habisnya ya kak. intinya jadikan rumah menjadi tempat ternyaman bagi anak untuk mengetahui mana yg haq dan bathil.
Setuju untuk tidak terpaku pada tempat.
Yang menjadi salah satu concern orang tua adalah bagaimana menumbuhkan semangat dan cinta belajar.
Sebab belajar itu adalah kegiatan paling panjang yang dilakukan manusia sejak ia dalam buaian hingga ia menutup mata.
Aku setuju banget dengan artikel ini kak,
Banyak banget ortu ngeluh ketika school from home, mungkin karena tidak memahamkan belajar dimana saja, ditambah mungkin ortu yg harus mencari nafkah dalam hal ini ibu yg juga harus kerja dengan berjualan dll..
Apapun itu pandemi ini banyak memberikan kita pelajaran
Iya, Mbak Diah. Tidak terasa anak sudah belajar di rumah selama bulan ya. Memang pasti ada kebosanan. tapi kesehatan tetap nomor satu.
Dan benar sekali semua ulasan Mbak Diah. Pertama memang belajar dari keluarga, karena jadi pondasi anak saat belajar di formal, informal dan alam.
kalo saya akan mendidik anak lewat keluarga dahulu, baru deh tempat les les lainnya dan juga sekolah formal.. lalu terakhir belajar di luar agar bisa mengenal alam menjadi lebih baik dan menyatu
Setuju banget.. banyak hal yang harus dipelajari apalagi pekerjaan rumah.. pnglaaman ortu.dlu nglarang anak laki2ny buat masak ,nyuci dan bebersih, dmnta hany fokus utk skolah.. alhasil adiku rada susah mnt bntuan mngrjakan pkerjaan rmh.
Setuju Mbak..dan saat pandemi ini saat yang tepat sekali untuk anak belajar bersama orangtuanya dan dari lingkungannya. Di sekitar rumah aja pun bisa. Karena memang belajar bisa dimana saja
Bener mba. Harusnya habit belajar dan seneng belajar itu ditanamkan dari rumah ya dan biasakan juga buat kesepakatan ama anak jawal belajar atau mengerjakan tugasnya mau jam berapa. Harusnya anak dan ortu yang udah terbiasa bkin kesepakatan atau musyawarah, jadi mudah membentuk kebiasaan yang baik hasil kesepakatan itu ya.
Dari pihak guru juga sebaiknya jangan banyak2 kasih tugas ke muridnya. Karena anak-anak mah, cuma di rumah aja sebenernya udah bikin mereka stres jadi kalau ditambah lagi banyak tugas dan bawelnya ortu ke mereka mlah bkin mereka tambah stres jadinya. Kasian dan anak juga perlu dikasih kelonggaran dari tugas agar mereka juga bisa bljar life skill dari ortunya. Biar ga akademik mulu ya
Setuju, belajar di rumah emang jadi tempat pertama dan utama ya Dyah. Semoga kita bisa optimal menjadi guru terbaik dan utama anak2 di rumah yaa. Aamiin, nice share Dyah, tfs
Saya nadr paham dengan al ummu madrasatul al ula.
Tapi tetep kaget ketika pertama kali sekolah di rmh berlaku.
Dengan tugas tugas sekolah yg dtg dua atau tiga mata pelajaran per hari.
Anak saya pun masih kaget.
Kami berdua kaget hahaha..
Trial error beberapa kali dalam menjalaninya.
Alhamdulillah sekarang udah mulai dapat ritmenya.
Skrg krn dah selesai ujian, blom ada tugas tugas sekolah lagi.
Kami susun jadwal lagi.
Belajar bahasa inggris. Belajar tajwid, dengan saya.
Dan hafalan suroh dengan ayahnya.
Saya pengen anak anak bisa berbagai macam bahasa.
Walo di sekolahnya diajarin bahasa arab, tapi anaknya ndak mudeng.
Saya cari buku kelas satunya, biar kami belajar sama sama lagi.
Sedang mempersiapkan diri untuk tahun ajaran baru yg kata uminya di sekolah masih daring.
Biar gak kacau kek kamren.
Panjang kali tulisan awak ni
keluarga adalah tempat pertama anak belajar ya mbak..maka dari itu sikon kelg.yg mendukung dan mensupport anak spy bersemangat dlm bljr itu penting ya..
Saya pengen si tengah belajar di rumah dan di alam Mbak. Dia agak spesial. Tapi di sini orang akan banyak bicara kalau tidak formal. AKhirnya memang agak drama. Hihihi
Para guru selalu bilang kalau di kelas senang jawab pertanyaan lisan. Tapi kalau menulis sering dapat kurtingan nilai karena telat menyelesaikan.
Saya tertawa saja. Hahahaha.
Sekolah masih mendasarkan pada tulisan tangan.
Belajar bisa dimana aja dan dengan cara apa aja. Tergantung kreativitas masing-masing anak. Tapi harus diakui sekarang banyak yang menganggap belajar ya harus di sekolah. Saatnya sekolah dari rumah di masa pandemi ini, anak-anak jadi males-malesan dan kurang semangat. Semoga tiap keluarga mulai menyadari kalo belajar nggak harus di sekolah.
Berarti kita tuh Kyoiku Mama ya, ibu pendidik. Selaras dg Islam, madrasatul ula ya, masyaallah, belajar di mana saja dan kapan saja, di rumah. Nice share, Dyah
Awak lagi merasa nyaman dengan anak-anak yang masuk sekolah 2 kali saja satu pekan kak Dyah. Kalo full daring mereka kurang motivasi. Kalo diselingi berjumpa guru dan beberapa teman saja sudah jadi suntikan semangat buat mereka.
Semoga badai ini segera berlalu lah kak.. kasian juga sama anak-anak.