Dalam era digital yang terus berkembang, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meskipun memberikan kemudahan dan aksesibilitas informasi yang luar biasa, internet juga membawa risiko yang serius, terutama untuk anak-anak. Salah satu ancaman utama yang muncul di dunia maya adalah fenomena cyberbullying atau perundungan anak secara daring.
Cyberbullying menciptakan tantangan baru bagi kita para orang tua dalam upaya melindungi anak-anak dari pengalaman yang merugikan secara psikologis dan sosial. Karena dampaknya bisa sangat berbahaya. Bahkan ada yang sampai bunuh diri. Kekhawatiran akan hal tersebut, melalui artikel ini, saya ingin mengajak parents sekalian untuk menjelajahi makna, dampak, penyebab, serta upaya pencegahan dan penanggulangan terkait dengan fenomena ini.
Apa itu Cyberbullying?
Sebenarnya Cyberbullying ini sudah sedikit saya bahas di artikel “6 Jenis Bullying yang Wajib Diwaspadai Para Orang Tua“. Namun, akan saya bahas lebih lengkap di artikel ini. Cyberbullying dapat didefinisikan sebagai penggunaan teknologi digital, seperti komputer atau ponsel cerdas, untuk menyakiti, merendahkan, atau merendahkan seseorang dengan niat jahat.
Bentuk-bentuk cyberbullying ini bisa mencakup ancaman, penghinaan, penyebaran gosip, pelecehan online, dan lainnya. Ini terjadi melalui berbagai platform, termasuk media sosial, pesan teks, surel, dan platform permainan daring.
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari website hellosehat.com, menurut hasilpenelitian pada tahun 2018 yang berjudul “A Majority of Teens Have Experienced Some Form of Cyberbullying “, sekitar 59% remaja yang aktif menggunakan internet pernah mengalami situasi di mana mereka menjadi korban cyberbullying. Persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat korban dewasa yang hanya mencapai 33%. Bagi saya ini angka yang cukup mengkhawatirkan.
Dampak dari Perundungan Daring
Dampak cyberbullying pada anak-anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dampak bullying pada umumnya yang tentunya dapat sangat merusak, baik dari segi psikologis maupun sosial.
Anak-anak yang menjadi korban akan mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Rasa malu dan rendah diri juga dapat menghantui korban, memengaruhi prestasi akademis, serta menghancurkan hubungan sosial mereka. Beberapa kasus bahkan telah menyebabkan pikiran bunuh diri pada anak-anak yang tidak mampu mengatasi tekanan yang ditimbulkan oleh cyberbullying.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Swansea University, Inggris Raya, pada tahun 2018, ditemukan bahwa ada peningkatan dua kali lipat dalam keinginan menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri pada individu yang menjadi korban cyberbullying. Penelitian ini melibatkan 150.000 anak dari 30 negara berbeda.
Hasil penelitian mencatat bahwa keinginan untuk bunuh diri tidak hanya terbatas pada korban cyberbullying, melainkan juga ditemukan pada para pelaku. Menariknya, banyak pelaku bullying awalnya pernah menjadi korban mereka sendiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa mereka yang berperan sebagai pelaku memiliki risiko 20% lebih tinggi untuk memiliki pemikiran membunuh diri dan melakukan percobaan bunuh diri.
Dengan adanya penemuan ini, cukup untuk menggambarkan kompleksitas dan dampak serius yang terkait dengan fenomena cyberbullying. Tentu saja hal ini perlu mendapatkan perhatian serius bagi para orang tua dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.
Penyebab Cyberbullying
Sebetulnya ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya cyberbullying. Salah satunya adalah anonimitas yang diberikan oleh dunia maya. Orang-orang yang melakukan cyberbullying sering merasa dapat bersembunyi di balik layar komputer atau ponsel mereka, yang membuat mereka kurang bertanggung jawab atas tindakan mereka. Berbeda jika dilakukan secara langsung misalnya perundungan di sekolah, pasti akan lebih mudah untuk diketahui orang lain.
Selain itu, penyebab lainnya tentu saja kurangnya pengawasan orang tua dan kurangnya pemahaman tentang konsekuensi serius dari tindakan cyberbullying juga dapat menjadi penyebab utama. Faktor-faktor ini, bersama dengan ketidakmatangan emosional, dapat membentuk kondisi ideal untuk munculnya cyberbullying.
Cara Melindungi Anak dari Cyberbullying
Dalam melindungi anak dari ancaman cyberbullying memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan orang tua, pendidik, dan anak itu sendiri. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menanggulangi cyberbullying pada anak:
1. Komunikasi Terbuka
Ajarkan anak untuk membuka diri dan berkomunikasi secara terbuka tentang pengalaman online mereka. Buatlah suasana di mana anak merasa nyaman berbicara kepada kita tentang masalah yang mereka hadapi di dunia maya.
2. Pendidikan Digital
Langkah selanjutnya yang bisa parents lakukan adalah dengan memberikan pendidikan digital kepada anak. Dalam hal ini termasuk bahasan tentang etika online, pemahaman risiko, dan cara berperilaku secara positif di dunia maya.
Ajarkan pula kepada mereka, betapa pentingnya kehati-hatian dalam berbagi informasi pribadi seperti alamat, nomor telepon, atau detail pribadi lainnya secara bebas. Beri tahu juga kepada mereka untuk menggunakan pengaturan privasi di platform media sosial dan aplikasi untuk melindungi identitas mereka.
3. Pantau Aktivitas Online
Pantau kegiatan online anak secara rutin tanpa merasa mengintai. Ini dapat melibatkan memeriksa teman online, platform media sosial, dan pesan yang mereka terima atau kirim. Berkomunikasilah dengan anak tentang batasan dan konsekuensi dari perilaku online yang tidak aman.
Libatkan diri aktif dalam kehidupan online anak, menjadi teman di platform media sosial mereka, dan memahami lingkungan daring yang mereka kunjungi. Terapkan pula aturan dan konsekuensi yang jelas terkait dengan perilaku online. Tentu akan jauh lebih baik jika anak berusia di bawah 14 tahun tidak diberikan perangkat digital sendiri dan kebebasan mengelola akun media sosial sendiri.
4. Ajarkan Keterampilan Diri
Dalam mencegah tindakan perundung di dunia maya ini, penting sekali untuk memberikan anak keterampilan mengelola konflik secara positif dan berbicara tentang bagaimana menanggapi cyberbullying. Dorong mereka untuk melaporkan situasi yang tidak aman kepada orang tua atau pendidik.
Selain mengajarkan keterampilan mengelola konflik, orang tua juga harus mendorong anak untuk mengembangkan empati terhadap orang lain. Pembelajaran tentang dampak negatif cyberbullying dapat membantu mereka lebih memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
5. Batasi Waktu Online
Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan internet dan perangkat elektronik. Ini membantu mencegah anak dari potensi paparan berlebihan terhadap cyberbullying.
6. Kolaborasi dengan Sekolah
Ingat, dalam hal ini orang tua tidak bisa bergerak sendiri! Parents wajib menjalin kerja sama dengan sekolah untuk memantau dan menanggulangi cyberbullying. Sekolah dapat memiliki kebijakan yang jelas terkait dengan perilaku online dan langkah-langkah penanggulangan yang efektif. Karena pelaku dan korban bisa saja di lingkungan sekolah yang sama.
Jika diperlukan, pertimbangkan untuk melibatkan pihak berwenang atau penegak hukum dalam kasus serius cyberbullying. Pelajari undang-undang dan regulasi yang berlaku terkait dengan cyberbullying di wilayah tempat tinggal.
Penutup
Fenomena cyberbullying adalah tantangan serius yang menghadang anak-anak di dunia maya. Dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dampak psikologis dan sosial, penyebab, serta upaya mencegahan dan penanggulangan kita dapat bekerja bersama-sama untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan positif.
Orang tua, pendidik, lembaga pemerintah, dan industri teknologi perlu bekerja bersama untuk melindungi generasi mendatang dari dampak negatif cyberbullying dan membimbing mereka menuju penggunaan internet yang bertanggung jawab.
1 Komentar. Leave new