Aku tak mau hanya jadi penikmat, aku harus ikut berkontribusi menjaga dan melestarikannya.
(David Hidayat, Pelopor Andespin)
Hembusan angin laut yang lembut mengiringi perjalanan kami dalam aktivitas penyelaman kali ini. Namun, siapa sangka, di balik keindahan bawah laut yang menyambut dengan keanggunan, tersembunyi cerita yang tak kalah menggugah perhatian.
Seperti biasa, kami turun ke dasar laut dengan penuh antisipasi. Namun, kali ini, rasa marah menggelitik di dalam dada kami. Sebuah kapal berlabuh di sekitar lokasi penyelaman kami dan beberapa nelayan tampak sibuk dengan jaring-jaringnya yang terhampar.
Seharusnya, momen seperti ini menjadi waktu yang membahagiakan, tetapi tidak kali ini. Wajah-wajah kami menunjukkan kekecewaan yang mendalam saat melihat nelayan-nelayan itu tengah menangkap ikan hias. Sudah jelas bahwa mereka belum paham pentingnya menjaga ekosistem bawah laut.
Tanpa ragu, kami mendekati mereka dan berusaha menjelaskan dengan sabar tentang biota laut yang dilindungi dan pentingnya menjaga keberlanjutan laut. Namun, reaksi mereka benar-benar menguji kesabaran kami. Mereka mengklaim bahwa mereka memiliki izin resmi dari dinas terkait untuk melakukan penangkapan ikan hias ini.
Kami memohon agar mereka mengerti dan mempertimbangkan ulang tindakan mereka. Namun, jawaban mereka tetap sama, bahwa surat izin yang mereka miliki adalah legal dan sah. Akhirnya, kami meminta mereka untuk menunjukkan surat izin tersebut.
Namun, betapa terkejutnya kami saat melihat tahun berlaku yang tertera pada surat izin tersebut. Tertulis dengan jelas, izin yang mereka klaim sah ini berlaku dari tahun 2013 hingga 2043. Kami hanya bisa bertukar pandang bingung, seolah tak percaya dengan apa yang kami lihat.
Sungguh lama masa berlakunya izin tersebut, bahkan tampak tidak masuk akal. Namun, kami tidak akan terpancing oleh surat izin tersebut. Kami tahu bahwa hanya instansi tertentu yang memiliki hak untuk mengeluarkan izin seperti ini, bukan sembarang individu atau kelompok.
Dengan sikap tegas, kami mengajak mereka untuk keluar dari lokasi tersebut. Walaupun surat izin itu mengatakan sebaliknya, kami memegang teguh prinsip bahwa alam dan biota laut yang ada di dalamnya perlu dijaga dengan serius. Alam adalah warisan kita bersama, bukan milik sekelompok orang yang mungkin tidak memahami dampak dari tindakan mereka.
“TAK ADA YANG SENYAMAN DAN SEBAGUS HABITAT MEREKA SENDIRI”
Slogan sederhana ini menjadi mantra yang menggerakkan kami, dan kami yakin, ini adalah prinsip yang seharusnya dianut oleh semua orang. Keindahan laut, biota laut yang hidup di dalamnya, serta ekosistem yang rapuh perlu dijaga demi keberlangsungan hidup kita dan generasi mendatang.
Tulisan yang saya buat di atas hanyalah sepenggal cerita dari David Hidayat dan tim Andespin. Masih banyak cerita menarik lainnya dari mereka dalam upaya menjaga keindahan dan keberlanjutan laut di daerah Pesisir Selatan, Pulau Sumatera. Bagaimana kisahnya? Terus baca artikel ini sampai habis ya!
Titik Pangkal dari Sebuah Perubahan Besar
Di sebuah desa indah bernama Nagari Sungai Pinang yang berada di Kecamatan Koto IX Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, sebuah program revolusioner tumbuh dan mengakar dalam upaya untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir Laut Sungai Pinang serta menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitarnya. Program ini diberi nama “Anak Desa Sungai Pinang” atau lebih akrab disebut dengan Andespin.
Embrio kebaikan ini pertama kali diciptakan oleh seorang pria bernama David Hidayat pada tahun 2009. Saat itu David masih berstatus sebagai Mahasiswa. Semasa kuliah, David merasakan ada panggilan khusus untuk merawat lingkungan, terutama dalam bidang kelautan. Aktivitas menyelam di bawah laut yang dilakoninya bersama Klub Selam Mahasiswa Diving Proklamator Universitas Bung Hatta, menjadi titik pangkal dari perubahan besar dalam hidupnya.
Pria kelahiran Sungai Pinang, 28 Agustus 1987 ini aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengajarkan pentingnya konservasi dan lingkungan. Bersama klub selam, ia merasakan begitu dalamnya keindahan laut dan terumbu karang, tetapi juga melihat dampak negatif yang diakibatkan oleh perilaku manusia yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
“Berawal dari hobi semasa aktif sebagai mahasiswa dulunya kak. Dulu saya aktif di klub selam mahasiswa diving Proklamator Univ Bung Hatta, banyak kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan atau konservasi yang kami buat.
Nah, beranjak dari itu semua dan banyaknya potensi yang belum dikelola di nagari saya Sungai Pinang terutama yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan, maka saya berpikir untuk mengabdikan diri di tanah kelahiran saya, Sungai Pinang. ” jawab David saat saya wawancarai secara daring via aplikasi chat.
Akhirnya setelah menyelesaikan pendidikannya dan menjadi Sarjana Perikanan dan Kelautan dari Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, David kembali ke Nagari Sungai Pinang. Pemuda itu merasa bahwa dirinya harus mengabdikan diri di tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.
Ya, di tengah potensi kelautan dan perikanan yang melimpah di Nagari Sungai Pinang, David menyadari bahwa banyak potensi ini belum dimanfaatkan dengan baik. Terumbu karang yang rentan dan kehidupan laut yang terancam perlu perlindungan dan mendapatkan perhatian serius.
Dari hobi semasa kuliah, David bertransformasi menjadi pelopor perubahan di desa kelahirannya. Ia menyadari bahwa untuk mewujudkan perubahan yang nyata, ia harus berani mengabaikan dirinya sendiri demi tanah kelahirannya. David tidak lagi hanya ingin merasakan keindahan laut, tetapi juga ingin berkontribusi dalam melestarikan kehidupan bawah laut dan membangkitkan potensi ekonomi yang terkait.
Sebagai langkah awal di tahun 2014 secara resmi, David mendirikan Andespin (Anak Desa Sungai Pinang), sebuah gerakan yang menggabungkan konservasi ekosistem laut dengan pemberdayaan masyarakat setempat. Dari kegiatan penanaman terumbu karang hingga pelatihan penangkapan ikan yang berkelanjutan, Andespin mengambil peran sentral dalam mewujudkan visi David untuk menjaga kelautan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tak Gentar Menghadapi Berbagai Tantangan
Saat saya tanya, tantangan apa saja yang pernah dihadapi? Jawabnya, “Selama kami bergerak, cukup banyak tantangan yang kami hadapi. Dan yang lebih menguras pikiran, waktu dan semuanya adalah mengajak masyarakat untuk beranjak dari kebiasaan yang mungkin saja merusak menuju ke arah yang lebih baik lagi. Dan tentu secara khusus adalah anggapan miring masyarakat dan keluarga tentang sarjana yang pulang kampung. hehehe”.
Begitulah adanya, perjalanan David dan Andespin tidaklah selalu berjalan mulus sepanjang jalan. Di balik langkah-langkah maju yang mereka hasilkan, ada berbagai tantangan yang datang silih berganti. Namun, di antara semua hal yang membutuhkan upaya dan ketekunan, mengajak masyarakat untuk berubah menjadi salah satu hal yang paling menguras pikiran dan waktu.
Semua orang tahu, bukanlah tugas yang mudah untuk mengubah kebiasaan yang telah tertanam dalam masyarakat selama bertahun-tahun. Di tengah usaha mewujudkan konservasi dan pemberdayaan ekonomi, David dan tim Andespin juga harus menghadapi resistensi dari beberapa individu yang masih ragu tentang perubahan tersebut. Mengajak mereka untuk meninggalkan kebiasaan yang mungkin merusak lingkungan dan beralih ke arah yang lebih berkelanjutan adalah tugas yang tidak bisa dianggap enteng.
Selain itu, hambatan khusus yang mereka hadapi adalah pandangan miring terhadap mereka yang memutuskan untuk pulang kampung setelah menyelesaikan pendidikan tinggi, seperti David. Pergi ke kota besar untuk belajar dan kemudian kembali ke kampung halaman sering kali dianggap sebagai langkah yang kurang menguntungkan. Kecenderungan ini bisa berakar dari persepsi umum bahwa kota besar menawarkan peluang yang lebih baik. Padahal tidaklah selalu demikian.
Namun, David berhasil menyakinkan bahwa ini hanyalah pandangan yang terbatas. Kembali ke tanah kelahirannya dan mengabdikan diri untuk keberlanjutan lingkungan serta kemajuan ekonomi lokal adalah keputusan yang berani dan berdampak besar. Melalui kerja keras dan dedikasi, ia tidak hanya menciptakan perubahan nyata dalam desanya, tetapi juga menjadi teladan bagi generasi muda lainnya.
Andespin, Sang Penjaga Laut Pesisir Selatan
Awal tahun 2023 kemarin, Tuhan memberikan kesempatan luar biasa bagi saya dan keluarga untuk menjelajahi keindahan Pesisir Selatan. Sepanjang perjalanan, saya tidak dapat menyangkal pesona dan keindahan laut yang memukau. Pantulan biru jernihnya air laut, gugusan pulau-pulau kecil yang dihiasi pasir putih, semuanya menciptakan pemandangan yang mempesona. Semua ini seakan memberi jawaban atas pernyataan bahwa laut di Pesisir Selatan adalah sebuah keindahan yang luar biasa.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika saya menyaksikan pemandangan laut Pesisir Selatan Pulau Sumatera dari Bukit Mandeh, yang sering disebut sebagai “Raja Ampat-nya Sumatera”. Keindahan gugusan pulau dan kejernihan air laut benar-benar memukau.
Rasanya seolah-olah saya dapat menghirup kesegaran udara laut dan merasakan ketenangan yang dalam dari pandangan tersebut. Selain itu, kunjungan ke pantai Carocok, sebuah objek wisata pantai yang terletak di sebelah barat Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan juga tak kalah mengesankan.
Namun, di tengah keindahan alam yang memukau, tampak ada tanda-tanda yang memilukan. Sampah-sampah yang berserakan di sepanjang pantai dan di perairan laut menunjukkan dampak negatif dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab. Kekecewaan mendalam hadir dari relung hati saya saat melihat tempat yang indah ini tercemar oleh sampah dan limbah manusia. Mereka sungguh keterlaluan!
Bersyukur, di tengah keprihatinan akan kondisi lingkungan, ternyata ada cahaya harapan yang muncul dari sosok David Hidayat dan Andespin. Mereka menjelma menjadi pahlawan yang menjaga dan merawat Pesisir Selatan dengan penuh dedikasi. Andespin, atau “Anak Desa Sungai Pinang” layaknya Sang Penjaga Laut Pesisir Selatan yang memulai gerakan untuk menjaga kebersihan dan konservasi di wilayah pesisir selatan ini.
Andespin membuktikan bahwa aksi nyata lebih dari sekadar kata-kata. Mereka mengimplementasikan serangkaian program yang dirancang untuk merawat ekosistem laut dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Salah satu langkah penting yang mereka ambil adalah merawat terumbu karang.
Terumbu karang, sebagai rumah bagi beragam biota laut saat ini menghadapi ancaman yang serius. Salah satu upaya dalam pelestariannya, Andespin bekerjasama dengan Jasa Raharja Sumatera Barat pada tahun 2022 untuk melakukan transplantasi terumbu karang. Hasilnya, pertumbuhan terumbu karang yang subur dan hampir menutupi media tanamnya.
Dalam monitoring yang dilakukan David dan tim Andespin pada tanggal 13 Juli 2023, pertumbuhan terumbu karang yang subur dan hampir menutupi media tanamnya menunjukkan kesuksesan upaya pelestarian yang dilakukan.
Andespin berharap dengan upaya ini, terumbu karang akan menjadi tempat berlindung baru bagi biota laut seperti ikan, udang, dan penyu. Mereka menyadari bahwa menjaga ekosistem laut bukan hanya tanggung jawab mereka, tetapi juga warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang.
Merawat Hutan Mangrove
Ternyata Andespin tidak hanya fokus pada laut. Mereka juga mengajak masyarakat untuk merawat hutan mangrove yang kaya akan manfaat. Untuk mewujudkannya, melalui kolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Sumatera Barat, mereka berhasil menanam ribuan bibit mangrove di kawasan pantai. Keterlibatan masyarakat, terutama ibu-ibu, dalam kegiatan ini merupakan bukti bahwa kesadaran akan pentingnya pelestarian semakin menyebar.
Andespin terus berinovasi dalam upaya pelestarian ini. Saat ini, mereka berhasil menanam sekitar 9.000 bibit mangrove di kawasan pantai. Totalnya, lebih dari 14.000 hingga 15.000 bibit mangrove telah ditanam di kawasan pantai. Rencananya, ada sekitar 10.000 bibit lagi yang akan ditanam pada tahun 2023 ini. Semoga bibit-bibit ini bisa terus tumbuh dan kelak menjadi hutan mangrove.
Tahukah kamu, kalau hutan mangrove adalah salah satu pilar penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Fungsi-fungsi yang dimilikinya bukanlah sekadar kebetulan, melainkan seni alam yang luar biasa dalam merawat bumi kita.
Peran hutan mangrove yang utama adalah sebagai pelindung pantai. Pohon-pohon mangrove yang tumbuh berjejer di sepanjang garis pantai adalah tameng alamiah yang kuat melawan abrasi, serangan gelombang, dan badai.
Akar-akarnya yang menghujam dalam tanah seperti jaring raksasa membantu menahan sedimen dan tanah, mencegah erosi yang dapat merusak lingkungan pesisir. Dalam dunia yang terus mengalami perubahan iklim, peran ini semakin penting dalam menjaga kelestarian pantai.
Namun, hutan mangrove tidak hanya melindungi, ia juga menyelamatkan. Hutan ini menjadi penyangga alam yang mengejutkan dalam menyerap dan memperlambat proses intrusi air asin ke daratan.
Dengan demikian, ia melindungi tanah subur dan sumber air tawar di daratan dari gangguan asupan air laut yang berlebihan. Jadi, selain menjaga keseimbangan, hutan mangrove juga berperan dalam menjaga kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya.
Selain manfaat fungsional, hutan mangrove juga menyumbang manfaat ekologis yang tak ternilai. Ia adalah rumah bagi berbagai biota laut seperti kepiting, udang, ikan, dan masih banyak lagi. Dalam hutan ini, kehidupan bawah laut berkembang biak dan menciptakan ekosistem yang kaya dan beragam. Sehingga, keberadaan hutan mangrove bukan hanya menyelamatkan hutan itu sendiri, tetapi juga membangun jaringan kehidupan yang lebih besar di dalamnya.
Hutan mangrove juga memiliki potensi ekonomi yang tidak boleh diabaikan. Semakin banyak masyarakat yang menyadari nilai-nilai ekonomis dalam menjaga hutan ini. Hutan mangrove yang dilestarikan dapat menjadi daya tarik wisata yang menarik, menawarkan pengalaman ekowisata yang mendidik dan menginspirasi.
Pendapatan dari sektor wisata ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi juga memberikan insentif untuk menjaga hutan mangrove agar tetap lestari. Itulah yang diharapkan David dan tim Andespin.
Karena hal ini juga, gerakan mereka tidak berhenti hanya menanam dan merawat bibit mangrove saja, Andespin juga menjalin kerja sama dengan pihak lain, seperti PT Semen Padang, untuk mewujudkan cita-cita mereka. Salah satunya adalah pembangunan dermaga hutan mangrove sepanjang sekitar 50 meter. Proyek ini memerlukan dukungan lebih lanjut, sekitar 300 meter lagi untuk mencapai tujuan akhirnya.
Berbagai kerjasama yang dilakukan Andespin ini adalah bukti nyata kolaborasi antara Andespin dengan berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan maupun masyarakat dalam upaya pelestarian laut pesisir selatan.
Dedikasi Untuk Masyarakat Nagari Sungai Pinang
Tidak berhenti sampai di konservasi laut saja, Andespin juga mengedukasi dengan mengajak anak-anak untuk belajar di program Rumah Belajar Andespin. Basecamp mereka dijadikan ruang pendidikan dan rumah baca untuk anak-anak. Fokus pendidikan ini adalah tentang lingkungan, memberikan pemahaman awal yang kuat tentang pentingnya menjaga alam sekitar.
Selain itu, Andespin membawa edukasi lebih lanjut dengan fokus pada lingkungan, seni, budaya, dan agama. Melalui program ini, mereka mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat dalam pembuatan produk turunan hutan mangrove, seperti batik mangrove dan kopi mangrove. Program ini bukan hanya menciptakan alternatif mata pencaharian, tetapi juga memperkuat kesadaran akan keberlanjutan dan potensi lingkungan.
Andespin juga mencakup pelatihan dan sertifikasi selam untuk masyarakat. Ini adalah langkah penting dalam mengedukasi masyarakat tentang ekosistem laut dan cara menjaganya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan bawah laut, masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya konservasi dan pelestarian.
Keseluruhan program Andespin merupakan bukti konkret bahwa perubahan nyata dapat terjadi melalui kerja keras dan dedikasi. Dari merawat terumbu karang hingga mengedukasi generasi muda, Andespin telah mengukir jejak yang berarti dalam menjaga kelautan dan lingkungan di Sungai Pinang.
Menghargai Penghargaan, Mengemban Tanggung Jawab
Tahun 2022 menjadi tahun yang luar biasa bagi David Hidayat dan tim Andepin. Apresiasi yang luar biasa datang dalam bentuk penghargaan tingkat nasional bidang lingkungan dari Astra, yaitu Satu Indonesia Awards. Penghargaan ini tak hanya merupakan pengakuan atas usaha keras dan dedikasi, tetapi juga sebuah tonggak baru yang membawa semangat baru bagi mereka.
Bagi David dan tim Andespin menerima apresiasi ini, itu bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi atau prestasi semata. Ini adalah bukti bahwa langkah-langkah nyata yang telah mereka ambil untuk menjaga lingkungan dan masyarakat telah dilihat dan dihargai oleh berbagai pihak. Bagi mereka penghargaan ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan permulaan dari fase baru yang lebih penuh tantangan dan harapan.
Ya, Satu Indonesia Awards 2022 bukan hanya sekadar penghormatan, tetapi juga tanggung jawab yang lebih besar. Menerima apresiasi ini berarti menerima panggilan untuk terus maju dan berbuat lebih baik lagi. Ini adalah semacam komitmen untuk tidak berhenti di titik ini, melainkan terus meraih prestasi dan memberikan dampak yang lebih besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Seuntai Pesan Untuk Kita Semua
Melalui kesungguhan dan kerja keras, David dan Andespin tidak hanya meraih kesadaran kolektif dalam masyarakat tentang pentingnya konservasi, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi warga desa.
Mereka menggagas ide-ide kreatif, seperti pembuatan produk turunan hutan mangrove, yang tidak hanya memberikan pendapatan tambahan, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang keberlanjutan.
Dari kecintaan pada dunia bawah laut semasa kuliah hingga menjadi inisiator perubahan di Sungai Pinang, David membuktikan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga keindahan dan keberlanjutan bumi kita.
Begitulah, kisah David dan Andespin mengajarkan kita bahwa menghadapi tantangan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan merubah dunia. Melalui ketekunan, keyakinan, dan kerja keras, kita dapat melawan pandangan miring, mengubah kebiasaan, dan menciptakan perubahan yang berdampak positif.
Ini adalah pengingat bahwa perubahan dimulai dari langkah-langkah kecil, bahkan jika itu berarti harus kembali dan membangun masa depan yang lebih cerah untuk tanah kelahiran kita bukanlah sesuatu hina. Karena #SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia bisa dimulai dari mana saja.
Sebagai penutup, ada sebuah pesan dan nasihat yang ingin David Hidayat sampaikan kepada masyarakat terutama saya dan pembaca blog roemahaura.com ini dalam hal pelestarian lingkungan karena #KitaSATUIndonesia.
Sebagai makhluk sosial, tentu kita sebagai manusia punya KEWAJIBAN untuk berbuat hal baik yang sama. Baik itu dalam hal menjaga maupun melestarikan lingkungan sekitar kita. Tidak membuang sampah sembarangan terutama ke sungai, laut bahkan ke tempat-tempat yang kemungkinan merusak, itu sudah hal sederhana yang bisa kita lakukan, kak.
Sebab, keberlanjutan tentang lingkungan tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah saja, ataupun segelintir kelompok yang bergerak dibidang itu. Butuh kita semua agar harapan kita tentang keberlanjutan lingkungan yang baik dan sehat bisa terus dilakukan.
Q.S. Ar-Rum 41 sudah dengan jelas pula mengatakan tentang itu.
(David Hidayat, ketua Andespin)
Sumber data:
- Wawancara daring dengan David Hidayat via aplikasi chat
- https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2023/assets/download/E-Book-SIA-2023-final.pdf
- https://www.instagram.com/andespindeepwestsumatera/
Sumber foto:
- https://www.instagram.com/andespindeepwestsumatera/
- Koleksi Pribadi
7 Komentar. Leave new
Semoga banyak generasi muda yang terinspirasi dengan ini, karena menjaga lingkungan ini memang bukan hal yang mudah tapi bisa jika dilakukan di setiap tempat ya kak.
Saya juga terkejut saat membaca masa surat izin menangkap ikan hias dari 2013 sampai 2043. Astaga 30 tahun. berarti 30 tahun mereka bisa mengambil ikan hias. Dan kalau dipikir secara logika, 30 tahun, jelas merusak biota laut, termasuk terumbu karang ya, Mbak?
Makanya salut nih, pada David, yang setelah lulus kuliah, kembali ke kampung halaman, dan memperbaiki kembali ekosistem laut agar keindahan bawah laut bisa terus dinikmati.
Alhamdulillah ada Andespin yang sangat inovatif dan inspiratif untuk generasi muda agar terus peduli dengan kelestarian hidup lingkungan pantai. Patut dicontoh nih… Makasih artikelnya kak, mantapp sekali.
Hebat banget David dan Andespin
Memilih berjuang untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dibanding kehidupan kosumerisme
Semoga semakin banyak sosok seperti David ya?
Agar bumi Indonesia selamanya menjadi kawasan yang layak huni
Keindahan laut tetap terjaga karena kerja keras David Hidayat dan Andespin.
Terharuu melihat ekosistem laut Pesisir Selatan Pulau Sumatera yang kembali biru.
Dan cerdasnya, David Hidayat dan Andespin bergerak bersama masyarakat sehingga rasa kepemilikannya ada di seluruh lini, bukan hanya satu orang yang menjaga.
Program yang dilakukan oleh Andespin bagus banget, apalagi dengan mereka mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat dalam pembuatan produk turunan hutan mangrove, keren ini sih, bukti nyata merawat ekosistem ????
David, keren banget.
Salut dengan anak muda seperti David. Walau pasti sering dapat nyinyiran karena sudah jauh-jauh kuliah ke kota, setelah lulus malah balik ke kampung, namun dia tetap bertahan. Walau banyak kendala, akhirnya bisa menrubah kebiasaan buruk yang sudah tertanam dan lama dijalani warga desanya