Anak dengan speech delay adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh banyak orang tua di seluruh dunia, termasuk yang sedang saya dan suami rasakan. Ya, si bungsu kami yang saat ini berusia dua tahunan terdiagnosis speech delay.
Awalnya, saya menyalahkan diri sendiri dengan kenyataan ini. Mungkin karena selama ini terlalu sibuk bekerja di rumah sehingga kurang menstimulasinya sejak dini. Rasa bersalah itu sempat membuat saya down.
Bahkan hampir sebulan malas melakukan kegiatan apapun. Sampai-sampai saya menghapus semua aplikasi media sosial selama seminggu karena gerah dengan berbagai informasi yang terkait dengan keterlambatan bicara anak ini.
Akan tetapi, akhirnya saya sadar, ini tidak boleh dilanjutkan. Qodratullah, hal ini adalah takdir dari Allah SWT yang harus saya terima dengan lapang dada. Lagipula saat ini yang saya lakukan adalah harus fokus membersamai si kecil agar bisa mengejar ketertinggalannya.
Akhirnya saat ini, saya telah berdamai dan ingin berbagi cerita dengan pembaca roemahaura.com
Apa Itu Speech Delay?
Speech delay, atau keterlambatan bicara, adalah kondisi di mana seorang anak mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berbicara dan berkomunikasi pada usia yang seharusnya sesuai dengan perkembangan normal.
Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda, tetapi ada beberapa tonggak perkembangan berbicara yang biasanya terjadi pada rentang usia tertentu. Anak dengan speech delay mengalami keterlambatan dalam mencapai tonggak-tonggak tersebut.
Penyebab Speech Delay
Saat mendengar ada anak terdiagnosis speech delay pasti kebanyakan menyalakan gadget. Ya, walaupun memang masalah screen time memang menjadi faktor yang paling sering menjadi penyebab speech delay. Namun, nyatanya ada beberapa penyebab lain yang dapat menyebabkan speech delay pada anak, seperti:
1. Faktor Genetik
Kadang-kadang, speech delay dapat bersifat genetik, yang berarti ada riwayat keluarga dengan masalah berbicara atau gangguan perkembangan bahasa.
2. Gangguan Pendengaran
Masalah pendengaran seperti infeksi telinga berulang atau gangguan pendengaran lainnya dapat menghambat perkembangan bicara anak.
3. Gangguan Perkembangan Bahasa
Beberapa anak mengalami gangguan perkembangan bahasa yang dapat menyebabkan speech delay, seperti gangguan komunikasi non-verbal atau kesulitan dalam memahami bahasa.
4. Keterlambatan Perkembangan Otak
Kondisi seperti autisme atau gangguan perkembangan lainnya juga dapat memengaruhi kemampuan berbicara anak.
5. Kurangnya Interaksi Sosial dan Stimulasi
Anak yang tidak mendapatkan cukup interaksi sosial atau stimulasi bahasa dari lingkungan sekitarnya dapat mengalami speech delay.
6. Trauma atau Stres
Kejadian traumatis atau tingkat stres yang tinggi pada anak dapat memengaruhi perkembangan bahasa mereka.
Untuk Rasyid sendiri dugaan saya faktor penyebab keterlambatan bicaranya adalah kurangnya interaksi sosial dan stimulasi. Ya, sebagai perantau dan hidup nomaden. Memang jujur sejak awal pindah ke Padang, saya rada kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan ini. Selain karena tetangga kami banyak anak kost, disini juga gak ada anak seusia Rasyid.
Sehingga saat pagi sampai sore saat mbak dan masnya sekolah full daya dan abinya kerja, Rasyid hanya berdua saja dengan saya di dalam rumah. Sabtu minggu pun kami cuma di rumah atau jalan-jalan berlima saja. Jarang ada kegiatan dengan orang banyak. Karena itulah kalau ketemu orang, dia pasti bersembunyi di badan umminya.
Tak hanya itu saja, mungkin riwayat kesehatan juga bisa jadi salah satu fator penyebab, si bungsu ini sempat dirawat di NICU selama seminggu pasca dia dilahirkan. Saat lahir, dia tidak menangis kenyang seperti bayi pada umumnya. saat itu rasyid kekurangan oksigen karena terlalu lama di jalan lahir. Selain itu, dia juga keminum air ketuban ditambah gula darahnya yang juga sangat rendah.
Penyebab lainnya sejak usia 1 tahun, sesekali saya beri Rasyid screen time jika sangat terpaksa misal mau mandi, shalat atau makan. Karena rasyid tipe yang nempel umminya terus dan tidak ada orang yang bisa dimintai tolong untuk bantu jaga saat saya beraktivitas.
Walaupun jatah screen time itu bisa dibilang gak sering karena saya tahu bahaya dari gadget tetapi mungkin ini juga yang jadi penyebabnya. Entahlah. Yang jelas, saat ini saya tidak ingin terlalu memikirkan penyebabnya karena akan membuat saya menjadi lebih merasa bersalah karena telah lalai.
Gejala Speech Delay
Gejala speech delay dapat bervariasi dari satu anak ke anak lainnya, tetapi gejala yang terjadi pada Rasyid adalah kurangnya kosakata sesuai milestone perkembangan bahasa atau indikator perkembangan anak yang sudah diterapkan para ahli yaitu sudah mengucapkan dua kata di usianya saat ini. Dia lebih suka babling dan menunjuk ketika meminta.
Padahal fokusnya bisa dibilang sangat bagus, ketika dipanggil dia langsung menoleh, diajari apapun dia cepat menangkap dan bisa melakukan berbagai perintah sederhana. Namun, ternyata tetap gak mau mengeluarkan suara untuk mengikuti kita saat disuruh berbicara.
Namun, ada beberapa tanda-tanda speech delay pada anak yang harus diwaspadai oleh para orang tua, antara lain:
1. Keterlambatan dalam Memulai Berbicara
Salah satu tanda utama adalah keterlambatan dalam memulai berbicara. Anak mungkin tidak mengucapkan kata-kata pertama mereka pada usia yang diharapkan. Sebagai contoh, biasanya anak mulai mengucapkan kata pertamanya sekitar usia 12 bulan, seperti “mama” atau “papa.”
2. Pengucapan yang Tidak Jelas
Anak dengan speech delay mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan benar. Pengucapan mereka bisa menjadi tidak jelas atau sulit dipahami oleh orang lain. Mereka mungkin menggantikan suara tertentu dalam kata-kata atau mengabaikan beberapa suku kata.
3. Keterbatasan dalam Kosa Kata
Anak mungkin memiliki kosa kata yang terbatas. Mereka mungkin menggunakan kata-kata yang sangat sederhana dan memiliki kesulitan dalam mengungkapkan diri secara lengkap atau dengan kalimat yang lebih kompleks.
4. Kesulitan dalam Memahami Bahasa
Selain kesulitan berbicara, anak dengan speech delay juga mungkin kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan oleh orang lain. Mereka mungkin memiliki masalah dalam mengikuti instruksi atau menjawab pertanyaan dengan tepat.
5. Kesulitan Berinteraksi Sosial
Anak dengan speech delay dapat mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Mereka mungkin cenderung mengisolasi diri atau tidak aktif dalam bermain dengan teman sebaya. Ini dapat mengarah pada kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
6. Frustrasi dan Gangguan Perilaku
Kesulitan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan anak merasa frustrasi. Mereka mungkin mengekspresikan frustrasi mereka melalui gangguan perilaku seperti tantrum atau perasaan marah.
7. Keterlambatan dalam Milestone Bahasa
Anak dengan speech delay mungkin mengalami keterlambatan dalam mencapai berbagai milestone bahasa, seperti mengucapkan kata-kata pertama, menggabungkan kata-kata menjadi kalimat, atau mengembangkan pemahaman bahasa yang lebih kompleks.
8. Ketidakmampuan Mengikuti Instruksi Sederhana
Anak mungkin kesulitan mengikuti instruksi sederhana, seperti “ambil mainan” atau “duduk.” Hal ini dapat mencerminkan kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan di sekitarnya.
9. Ketidakmampuan untuk Menyusun Kalimat
Anak dengan speech delay mungkin kesulitan menyusun kalimat yang lengkap dan jelas. Mereka mungkin hanya menggunakan kata-kata tunggal atau frasa pendek.
10. Ketidakmampuan Berbicara dengan Teman Sebaya
Anak mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara dengan teman sebaya dan berpartisipasi dalam permainan atau aktivitas berbasis bahasa.
Jangan Mendiagnosis Sendiri!
Jika kamu mencurigai bahwa anak parents mengalami speech delay, penting untuk berkonsultasi dengan seorang profesional medis atau terapis wicara. Diagnosis biasanya melibatkan evaluasi berbagai aspek perkembangan anak, termasuk kemampuan bicara, pemahaman bahasa, dan interaksi sosial. Penilaian ini akan membantu menentukan sejauh mana keterlambatan perkembangan bahasa anak dan penyebabnya.
Walaupun banyak yang mengatakan, “Udahlah, nanti dia bisa bicara sendiri”, “Anak laki mah emang biasa telat ngomong”, dan ucapan sejenis. Please, gak usah didengarkan. Karena anak usia balita itu sebaiknya memang harus tumbuh dan berkembang sesuai milestonenya.
Nah, jika ada keterlambatan bukan hanya bahasa tetapi juga motorik, sensori dan lainnya sebaiknya segera dibawa ke dokter. Semakin cepat ditangani, semakin baik juga bagi si kecil.
Kami kemarin membawa rasyid ke dokter anak khusus tumbuh kembang saat usianya genap 2 tahun. Walaupun sebenarnya saya sudah merasa keanehan pada Rasyid sejak usianya 1,5 tahun. Namun, karena merasa belum red flag, saya urungkan niat untuk membawanya ke dokter tumbuh kembang. Namun, saat 2 tahun atau 24 bulan ternyata dia belum menampakkan kemanjuan yang berarti maka saya mengajak abinya untuk langsung menemui dokter anak.
Dokter anak bilang sebenarnya, kami masih bisa menunggu sampai usianya 28 bulan. Tetapi saya, gak ingin terlambat. Karena itu saya memutuskan untuk mencari second opinion langsung dari dokter tumbuh kembang dan benar saja, Rasyid didiagnosis speech delay dan butuh terapi.
Setelah mendapatkan diagnosis, kami diminta untuk menemui dokter rehab medik. Selanjutnya dokter rehab medik lah yang membuat keputusan si anak akan mendapatkan terapi apa. Karena fokus Rasyid bagus, maka dokter rehab medik hanya menyarakan kami untuk terapi wicara saja. Tidak perlu mendapatkan terapi lain atau ke psikolog.
Ingat jangan membuat diagnosis sendiri dan mengira-ngira hanya dengan berdasarkan informasi yang didapat. Sebaiknya segera bawa ke ahlinya, karena tiap anak itu berbeda diagnosis dan penanganannya.
Tenang, jika bagi yang takut soal dana. Untuk penanganan speech delay ini bisa menggunakan layanan BPJS loh, nanti bakal saya share caranya.
Mengatasi Speech Delay
Nah jika anak kamu didiagnosis mengalami speech delay, ada banyak cara untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini dan mengembangkan kemampuan berbicara yang lebih baik. Beberapa langkah yang dapat kamu lakukan meliputi:
1. Terapi Wicara
Terapi wicara adalah salah satu pendekatan utama dalam mengatasi speech delay. Terapis wicara berpengalaman dapat bekerja dengan anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara, pengucapan yang lebih baik, dan pemahaman bahasa yang lebih baik. Terapi ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan unik anak.
2. Stimulasi Bahasa di Rumah
Orang tua dapat berperan besar dalam membantu anak mengatasi speech delay dengan memperbanyak stimulasi terutama stimulasi bahasa di rumah. Ini bisa melibatkan membacakan buku bersama, berbicara dengan anak sebanyak mungkin, dan mempraktikkan pengucapan kata-kata bersama. Dan sebisa mungkin stop gadged!
3.Konsistensi dalam Komunikasi
Konsistensi dalam komunikasi sangat penting. Ini berarti menjaga rutinitas dalam berbicara dengan anak dan memastikan semua anggota keluarga mendukung usaha untuk mengatasi speech delay.
4. Dukungan dari Lingkungan
Lingkungan sekolah dan masyarakat juga dapat memberikan dukungan penting. Pastikan anak parents mendapatkan perawatan yang sesuai di sekolah (jika sudah sekolah) dan bantu mereka berinteraksi dengan teman sebaya untuk meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi.
Untuk hal ini masih menjadi PR bagi kami. Sebenarnya kami memang ada niat untuk menyekolahkan Rasyid agar dia dapat berinterasi dengan banyak orang. Akan tetapi, karena sesuatu hal, kami memilih menundahnya untuk saat ini.
5. Berbicara dengan Spesialis Lain
Selain terapis wicara, parents mungkin perlu berkonsultasi dengan spesialis lain seperti dokter spesialis anak, psikolog, atau terapis fisik jika ada masalah perkembangan tambahan yang perlu diatasi.
Penutup
Itulah pengalaman yang saya rasakan dua bulan ini dalam mendampingi Rasyid. Alhamdulillah, walaupun belum ada kemanjuan yang signifikat. Saat ini dia sudah mulai mau mengikuti beberapa kata yang kami ajarkan. Itu sudah kemajuan yang bagus bagi kami. Karena sebelumnya dia sama sekali tidak mau jika diminta bicara.
Karena itu bagi parents yang melihat tanda-tanda keterlambatan biacar pada anaknya. Ayo segera bergerak. Penting untuk mengenali gejala speech delay secara dini dan mencari bantuan profesional jika diperlukan, sehingga anak dapat memiliki peluang terbaik dalam mengatasi keterlambatan perkembangan bahasa mereka dan mencapai potensi mereka yang sebenarnya.