Tahukah parents jika setiap anak itu unik? Sebenarnya tidak ada anak yang bodoh, hanya saja sering kali orang tua dan guru belum menemukan gaya belajar anak yang sesuai dengan mereka. Sehingga memaksakan suatu gaya belajar yang tidak cocok bahkan tidak disukai anak.
Hasilnya tidak jarang banyak guru yang mengeluhkan muridnya menjadi trouble maker sebagai contoh di lingkup kecil (kelas). Misalnya saja mereka suka menjahili temannya, suka ‘ngobrol’, jalan-jalan di kelas saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Begitu pun dengan para orang tua yang bilang anaknya malas menghafal, lambat berhitung, dan sebagainya.
Padahal keselarasan gaya belajar dengan pribadi setiap anak itu sesuatu yang penting agar proses belajar menyenangkan. Jika anak-anak sudah senang dan enjoy dalam belajar itu bisa jadi salah satu kunci sukses keberhasilan mereka agar bisa menyerap serta mengembangkan pengetahuan dan informasi dalam proses belajarnya dengan baik.
Itulah yang coba kami terapkan kepada ketiga buah hati kami yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar dan pra sekolah. Kami mencoba mengidentifikasi gaya belajar mereka untuk membantu mereka mencapai potensi terbaik.
Mungkin sahabat roemahaura ada yang ingin tahu apa saja gaya belajar anak tersebut. Simak artikel ini sampai selesai ya! Karena kami akan membahas berbagai gaya belajar, cara mengenalinya dan strategi yang bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.
Apa sih Gaya Belajar Anak itu?
Sebenarnya gaya belajar anak merupakan metode yang paling efektif bagi seseorang untuk memahami, menyerap dan mengingat informasi. Oleh sebab itu, setiap anak memiliki preferensi yang unik dalam belajar. Hal ini bisa dipengaruhi banyak hal seperti kepribadian, pengasuhan, pengalaman dan lingkungan mereka.
Memahami gaya belajar dapat membantu orang tua, guru dan pendamping belajar dalam memilih metode yang paling sesuai bagi anak. Sehingga proses belajar si kecil menjadi lebih efektif dan tentunya menyenangkan baginya.
Selain itu, ketika anak belajar sesuai dengan gaya belajar mereka maka si kecil anak lebih mudah memahami konsep, merasa lebih percaya diri dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Pendekatan 3 Gaya Belajar Utama (VAK Model)
Berikut ini ada tiga gaya belajar anak yang bisa dijadikan pedoman parents dalam memahami dan melejitkan potensi anak-anak.
1. Gaya Belajar Visual
Anak yang memiliki gaya belajar ini mendapatkan dan memproses informasi dengan memanfaatkan indera penglihatannya. Jadi segala sesuatu yang membuat matanya ‘nyaman’ akan menjadi hal yang sangat mudah untuk dipelajari dan dipahami.
Anak tipe visual ini sangat suka membaca buku. Terlebih lagi jika bahan ajar yang digunakan memakai grafik, ilustrasi, video, flash card, dsb. Mereka biasanya juga teliti dengan hal-hal yang kecil.
Ciri-ciri:
- Lebih suka melihat gambar daripada membaca teks panjang.
- Senang menggunakan warna dan simbol saat mencatat.
- Mengingat lokasi dan bentuk dengan baik
Strategi:
- Gunakan flashcard, diagram, dan infografis.
- Sajikan materi dalam bentuk visual seperti video atau presentasi grafis.
2. Gaya Belajar Auditori
Tipe pembelajar yang memiliki gaya belajar Auditori tidak terlalu memerlukan kontak mata, tapi cukup mengoptimalkan indera pendengarannya. Ia biasanya belajar lewat suara keras atau listening. Jadi, jangan heran ketika diminta belajar, membaca buku dan menghafal, mereka lebih suka berteriak-teriak karena tipe ini sangat mudah terganggu konsentrasinya jika mendengarkan suara ribut saat belajar.
Anak tipe auditori ini juga lebih suka jika belajar menggunakan lagu, musik, dan berdiskusi. Karena selain suka mendengar, tipe ini juga suka berbicara. Fasilitas merekam pelajaran dan mendengar kembali rekaman tersebut juga bisa menjadi cara untuk mempermudahnya dalam belajar.
Ciri-ciri:
- Mudah memahami penjelasan verbal.
- Suka membaca dengan suara keras.
- Lebih nyaman belajar dengan diskusi kelompok.
Strategi:
- Bacakan materi pelajaran dengan intonasi menarik.
- Rekam pelajaran atau gunakan aplikasi audio belajar.
- Ajak anak berdiskusi tentang materi yang dipelajari.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Anak dengan tipe kinestetik ini cenderung aktif dan merekalah yang paling sering mendapatkan label ‘nakal’ atau ‘pembuat onar’ di kelas. Padahal dengan proses kegiatan belajar mengajar yang kebanyakan diterapkan di sekolah formal yang mengharuskan muridnya duduk manis melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru sangat kurang bersahabat bagi tipe kinestetik ini.
Mereka lebih cocok untuk sekolah jenis sekolah alam yang belajar dengan mengeksplorasi (menyentuh, bergerak dan praktik). Kalaupun misal mereka terpaksa di sekolah formal. Sepatutnya orang tua mengkomunikasikannya dengan para guru untuk mengizinkannya bergerak di sela-sela belajar misal seperti gaya stretching yang bisa dilakukan di kursinya sendiri.
Ciri-ciri:
- Sulit duduk diam dalam waktu lama.
- Suka belajar dengan praktek atau eksperimen.
- Lebih mudah memahami pelajaran melalui permainan.
Strategi:
- Gunakan alat peraga, eksperimen, atau role-play.
- Ajak anak membuat proyek kreatif atau aktivitas fisik yang relevan.
Pendekatan 7 Gaya Belajar (Multiple Intelligences)
Jika dahulu hanya dikenal ketiga gaya belajar di atas atau lebih dikenal sebagai VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic), yang merupakan pendekatan sederhana dan sering digunakan untuk menjelaskan gaya belajar.
Namun, saat ini ada empat gaya belajar anak lainnya berdasarkan teori yang berasal dari pengembangan model Multiple Intelligences oleh Howard Gardner yaitu:
4. Gaya Belajar Logis (Matematis)
Anak-anak dengan gaya belajar logis memiliki kemampuan analitis yang baik. Mereka senang memecahkan masalah, berpikir logis, dan memahami hubungan sebab-akibat.
Ciri-ciri:
- Suka angka dan pola.
- Menyukai tantangan logika seperti teka-teki.
- Berpikir secara terstruktur dan sistematis.
Strategi:
- Sajikan materi dengan grafik, tabel, atau formula.
- Berikan permainan yang melibatkan logika seperti puzzle atau sudoku.
5. Gaya Belajar Verbal (Bahasa)
Anak-anak ini mencintai kata-kata. Mereka senang membaca, menulis, atau berbicara untuk memahami konsep.
Ciri-ciri:
- Suka membaca buku atau menulis cerita.
- Mudah memahami materi tertulis.
- Pandai menjelaskan ide secara verbal.
Strategi:
- Gunakan buku cerita atau jurnal untuk mencatat.
- Ajak anak membuat puisi, cerita, atau presentasi lisan.
6. Gaya Belajar Interpersonal (Sosial)
Anak-anak ini lebih suka belajar bersama orang lain. Mereka lebih menyukai bekerja dalam kelompok dan berbagi ide.
Ciri-ciri:
- Menikmati diskusi atau kegiatan kolaboratif.
- Mudah bergaul dan berkomunikasi.
- Merasa termotivasi dengan dukungan sosial.
Strategi:
- Ajak anak mengikuti diskusi kelompok.
- Gunakan permainan interaktif atau kegiatan kolaboratif.
7. Gaya Belajar Intrapersonal (Mandiri)
Kebalikan dari gaya belajar interpersonal, anak-anak intrapersonal ini lebih suka belajar sendiri. Mereka introspektif dan sering merenungkan ide-ide sebelum bertindak.
Ciri-ciri:
- Suka bekerja sendiri tanpa gangguan.
- Memiliki pemahaman mendalam tentang diri sendiri.
- Cenderung mencatat atau merefleksikan pelajaran.
Strategi:
- Berikan waktu dan ruang untuk belajar secara mandiri.
- Gunakan buku kerja atau jurnal refleksi.
Mengidentifikasi Gaya Belajar
Untuk mengenali gaya belajar anak, perhatikan perilaku mereka saat belajar atau bermain. Ajukan beberapa pertanyaan berikut:
- Apakah anak lebih suka melihat gambar atau membaca teks?
- Apakah anak lebih mudah memahami sesuatu setelah mendengar penjelasan?
- Apakah anak senang bergerak atau menyentuh objek saat belajar?
Selain itu, coba berbagai metode pembelajaran dan perhatikan mana yang paling efektif. Tentu untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan anak, orang tua tidak bisa serta merta bilang anak cocok gaya belajar ini atau itu. Butuh observasi yang mendalam dengan beberapa cara di atas.
Tidak jarang, anak memiliki kombinasi dari beberapa gaya belajar. Misalnya saja visual-auditori, visual-kinestetik, atau auditori-kinestetik. atau dengan gaya belajar lainnya yang sudah kami ulas sebelumnya.
Kalau kami sudah melakukan observasi sejauh ini. Auni itu tipe visual-auditori ditandai suka membaca, diskusi, tanya jawab, crafting ( dalam hal membuat media). Sedangkan Rais tipe auditori-kinestetik dia suka bergerak (gak bisa diam), menghafal melalui suara, tanya jawab, musik. Untuk Rasyid, belum terlalu nampak. Karena itulah, kami masih terus berjuang melakukan observasi dalam menentukan gaya belajar yang sesuai dengan masing-masing anak.
Dengan mengenali gaya belajar ini, bisa menjadi modal utama kami dalam mendampingi anak-anak saat belajar di rumah. Plus bahan sharing dengan guru mereka. Agar guru-gurunya juga bisa mengetahui metode apa yang tepat untuk mendidik anak-anak kami di sekolah. Bukankah memang sebaiknya pendidikan di rumah dan di sekolah harusnya sejalan?
Mengoptimalkan Potensi Anak Berdasarkan Gaya Belajar
Setelah mengenali gaya belajar, langkah berikutnya adalah menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Berikut adalah beberapa tips untuk mengoptimalkan potensi anak:
-
Ciptakan Suasana Belajar yang Nyaman
Pastikan anak belajar di tempat yang bebas dari gangguan. Gunakan perlengkapan yang sesuai dengan gaya belajarnya, seperti papan tulis untuk anak visual atau speaker untuk anak auditori.
-
Libatkan Anak dalam Proses Belajar
Langkah selanjutnya yang tak kalah penting ialah beri mereka kesempatan untuk memilih metode belajar yang mereka sukai. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri anak-anak.
-
Berikan Dukungan Positif
Berikan pujian atas usaha mereka, bukan hanya hasilnya. Dorongan positif akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus belajar.
Kesimpulan
Memahami gaya belajar anak adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi mereka. Dengan mengenali apakah mereka visual, auditori, kinestetik, logis, verbal, interpersonal, atau intrapersonal, parents dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang paling efektif. Ingatlah bahwa setiap anak adalah unik, dan kombinasi beberapa gaya belajar mungkin menjadi pendekatan terbaik.
Dengan mendukung gaya belajar mereka, anak-anak akan merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk belajar. Parents tidak hanya membantu mereka memahami pelajaran, tetapi juga membangun fondasi untuk kesuksesan masa depan mereka loh. Jadi, tunggu apa lagi?
1 Komentar. Leave new