

Sebagai pecinta buku, terutama buku anak, awalnya saya kurang tertarik ketika melihat postingan seorang teman di Facebook tentang buku The Giving Tree. Jujur, kesan pertama saya, kok buku anak ini tidak seperti buku anak pada umumnya. Tidak ada ilustrasi lucu penuh warna yang menggoda mata. Buku ini hanya dihiasi gambar sederhana berwarna hitam, putih, dan merah.
Tapi karena banyak teman pecinta buku anak yang memberikan review positif, saya jadi penasaran. Akhirnya saya membelinya juga, apalagi saat itu harganya cukup murah. Kalau tidak salah hanya sekitar dua puluh lima ribu rupiah. Murah bukan? Karena harga asli buku ini bisa dua sampai tiga kali lipat dari harga beli saya tersebut.
Mungkin ada yang penasaran seperti apa kisah yang ada di buku ini? Simak artikelnya sampai habis, ya!
Tentang Buku The Giving Tree (Versi Bahasa Indonesia)
Buku ini adalah karya Shel Silverstein yang pertama kali diterbitkan oleh Harper Collins Publisher pada tahun 1964, dan diperbarui oleh Evil Eyes LLC pada 1992. Versi yang saya punya merupakan terjemahan bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Serambi Ilmu Semesta pada cetakan pertama bulan Oktober 2014.
Menurut situs Goodreads, buku ini termasuk dalam daftar “Best Books of the 20th Century” dan berada di peringkat ke-36 dengan rating rata-rata 4,38 dari 5 bintang. Terbilang cukup tinggi rating tersebut.
Sekilas, buku ini tidak terlihat menarik apalagi kalimat-kalimatnya pendek jadi kalau dibaca gak lebih 5 menit pasti sudah selesai. Namun ketika dibaca lebih dalam, ternyata isinya juga menyentuh hati orang dewasa. Ceritanya sederhana, ilustrasinya minimalis, tapi sarat makna dan filosofi. Apalagi kalau membacanya sendirian… bisa bikin mewek. Mau coba? Silakan buktikan sendiri.
Sinopsis Singkat dan Pesan Cerita
Buku ini mengisahkan persahabatan antara seorang anak laki-laki dan sebatang pohon. Sang anak sering bermain dengan pohon itu. Mulai dari memanjatnya, mengumpulkan daunnya untuk dijadikan mahkota, dan bermain pura-pura menjadi raja hutan. Ketika lelah, dia tidur di bawah pohon. Mereka saling menyayangi, dan keduanya bahagia.
Namun waktu berlalu. Sang anak tumbuh dewasa dan jarang bermain lagi. Ia hanya datang saat membutuhkan sesuatu. Pohon itu pun selalu memberi, tanpa syarat. Mulai dari buahnya untuk dijual, dahan-dahannya untuk membangun rumah, hingga batangnya untuk membuat perahu. Sampai akhirnya pohon itu hanya tinggal sebatang tunggul tua.
Dan setelah cukup lama, anak laki-laki itu yang kini telah menjadi seorang kakek-kakek yang keriput itu kembali menemui sang pohon. Sang pohon itu pun mendesah. “Aku berharap bisa memberimu sesuatu.. tapi aku tidak punya apa-apa lagi. aku hanyalah sebatang tunggul tua. Maafkan aku,” ujar sang pohon.
“Aku tidak membutuhkan banyak hal sekarang,” kata anak laki-laki itu Ternyata dia hanya ingin duduk dan beristirahat. Tentu saja sebuah tunggul tua jelas bagus untuk diduduki. kemudian anak laki-laki itu melakukannya… Dan pohon itu pun bahagia.
Banyak Penafsiran, Banyak Pelajaran
Setiap pembaca akan mendapatkan makna yang berbeda dari buku ini, tergantung dari sudut pandang dan pengalaman hidup masing-masing. Ada yang menafsirkannya sebagai bentuk cinta kasih orang tua kepada anaknya, yang rela memberikan segalanya demi kebahagiaan anaknya.
Ada juga yang memaknainya sebagai gambaran hubungan manusia dengan alam. Bagaimana manusia terus-menerus mengambil dari alam, hingga lupa bahwa suatu hari nanti, kita tetap akan kembali dan bergantung padanya.
Dan mungkin, ada juga yang menangkap pesan tentang keikhlasan mencintai tanpa mengharap balasan.
Buku ini mungkin tampak sederhana, tapi isinya menyimpan sejuta makna. Yuk, baca dan rasakan sendiri kisahnya. Siapa tahu, kamu menemukan pelajaran baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
19 Komentar. Leave new
Penasaran dengan ceritanya. Baca ulasannya aja, seperti terbawa dalam kehidupan. Mau nangis…
Setuju sih kalau diibaratkan antara orangtua dengan anak.
Penasaran dengan ceritanya. Baca ulasannya aja, seperti terbawa dalam kehidupan. Mau nangis…
Setuju sih kalau diibaratkan antara orangtua dengan anak.
apalagi baca bukunya bang. duh.. mewek saya
Pernah dengar dan tau cerita ini. Keknya di Youtube. Buat merinding dan sedih kalau dihayati
iya di youtube dah banyak juga yang dianimasikan
menarik, kak, penuh makna….
bener kk.. ceritanya memang bagus
Pernah baca jugak nih
toss ah.. 😀
Sangat menarik dan penuh makna
sepakat…
Review menarik bun
thanks bang..
alangkah bahagianya jika disaat kita sudah tidak punya apa apa namun masih bisa memberi manfaat kepada orang lain
benar bang.. itulah sebaik-baik manusia
Nice review
jazakillah khair bun