

“Semua orang marah, semua orang sedih. Tapi setelah itu, apa yang bisa kita lakukan?” tanya Hana Maulida pelan, suaranya bergetar menahan sesak.
Setiap kali mendengar dan membaca berita tentang kekerasan seksual terhadap anak, entah kenapa dadanya terasa berat. Ia sering berhenti lama di depan layar televisi, menatap angka kasus yang terus bertambah. Tak terasa air matanya pun menitik. Resah. Angka yang sejatinya adalah cerita tentang luka.
Tahun berganti, namun kabar pilu itu tak kunjung berhenti. Malah semakin menjadi-jadi.
Akhirnya di tengah kesibukannya sebagai Aparatur Sipil Negara di Dinas Perlindungan Anak Kota Serang, Hana memutuskan untuk tak sekedar berempati, ia memilih bergerak. Hana ingin melakukan sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa mencegah kekerasan seksual terhadap anak sebelum semuanya terlambat.
Pada Januari 2023, bersama kedua rekannya, Hana Maulida mendirikan Gerakan Kakak Aman Indonesia, sebuah inisiatif yang berfokus pada edukasi perlindungan diri anak-anak dari kekerasan seksual. Gerakan kecil dengan cita-cita besar yakni menciptakan dunia yang lebih aman untuk setiap anak.
Hana Maulida, founder Kakak Aman Indonesia
Saat Angka Berbicara Tentang Luka
Rasa prihatin Hana bukan tanpa alasan. Ia tahu betul, Indonesia sedang berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan bahwa kekerasan pada anak, khususnya kekerasan seksual, telah mencapai titik darurat.
Merujuk pada catatan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), di tahun 2023 terdapat lebih dari 18 ribu kasus kekerasan terhadap anak dan 11 ribu di antaranya adalah kekerasan seksual. Di Serang sendiri, dari 130 kasus kekerasan terhadap anak yang tercatat, 90 kasus merupakan kekerasan seksual.
Ironisnya, pelaku sering kali bukanlah orang asing. Melainkan, mereka yang seharusnya menjadi pelindung anak, mulai dari teman, tetangga, guru, bahkan orang tua sendiri.
Beberapa contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan orang terdekat
Apalagi ada fakta mengejutkan lainnya yang Hana temukan saat melakukan kunjungan ke sekolah tempat sahabatnya mengajar, yakni rata-rata siswa SD, baik perempuan dan laki-laki, mengaku pernah menonton film yang tidak pantas. Belum lagi, seorang guru bercerita jika ada muridnya yang kerap menggambar alat kelamin.
Hal ini menjadi sinyal betapa anak-anak begitu mudah terpapar informasi yang keliru, dan tanpa pendampingan yang tepat, celah ini bisa berkembang menjadi risiko kekerasan seksual. Tak hanya menjadi korban, mereka pun berpotensi menjadi pelaku.
“Dari data dan fakta di atas, kita harus sadar bahwa ruang aman bagi anak kini semakin sempit,” ujar Hana dengan nada tegas. “Kita perlu bergerak bersama agar kekerasan seksual tidak menjadi berita yang dianggap wajar oleh masyarakat kita.”
Tidak butuh waktu lama, Hana dan tim memulai kegiatan sederhana di SDN Buah Gede, Kota Serang, Banten. Mereka membawa dua modul yang mereka susun sendiri dengan bantuan para ahli mulai dari psikolog anak, dokter anak, pemerhati anak hingga stakeholder terkait lainnya. Modul disusun semenarik mungkin agar anak-anak bisa tertarik dan memahaminya dengan mudah.
Dua Modul Gerakan Kakak Aman
Modul pertama yakni Modul Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual, yang ditujukan untuk kegiatan massal di sekolah. Di mana dalam satu sesi anak-anak diajak mengenal dua hal penting yaitu bagian tubuh pribadi yang harus dilindungi dan cara bersikap saat menghadapi situasi berbahaya.
Melalui pendekatan yang ringan dan menyenangkan, anak-anak belajar bahwa mereka berhak berkata ‘tidak’ ketika merasa ketidaknyamanan yang mereka rasakan, kemudian segera menjauh dan melapor kepada orang dewasa yang mereka percayai.
Sementara itu, modul kedua adalah Modul Pendidikan Seksual Komprehensif, yang bersifat lebih mendalam dan dilakukan dalam kelompok kecil. Para relawan yang tergabung di Kakak Aman bertindak sebagai fasilitator selama empat kali pertemuan untuk membahas topik-topik seputar perlindungan diri dengan cara yang aman dan detail.
Tidak hanya untuk anak, sesi modul kedua ini juga melibatkan guru dan orang tua, agar pemahaman tentang pencegahan kekerasan seksual dapat tumbuh di seluruh lapisan dekat dengan kehidupan anak.
Dari Empati ke Aksi Nyata
Gerakan Kakak Aman Indonesia lahir bukan dari lembaga besar, melainkan dari orang-orang biasa dengan kepedulian luar biasa. Hana bekerja lima hari seminggu di kantor, sementara relawannya terdiri dari guru, pekerja pabrik hingga mahasiswa. Tantangan terbesar bagi mereka adalah waktu.
Akan tetapi, bagi Hana Maulida dan tim, keterbatasan itu justru menjadi kekuatan. “Kami mungkin tidak bisa full time melayani masyarakat. Tetapi ini bisa jadi pesan yang kuat kepada masyarakat. Bahwa siapa saja kita, apa pun posisi jabatan atau pekerjaan, kita tetap bisa memberikan andil melindungi anak-anak” ujarnya saat saya wawancarai.
Kegiatan Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual oleh Kakak Aman di TBM Suka Baca Kragilan
Terlebih, dukungan dari masyarakat ini membuat langkah mereka menjadi semakin kokoh. Setiap kali mengisi kegiatan di sekolah, Hana dan tim Kakak Aman Indonesia selalu terharu melihat sambutan hangat para guru.
“Terima kasih sudah datang ya Kak. Kami jadi tahu caranya memberitahu anak-anak untuk melindungi dirinya,” begitu kira-kira kalimat yang sering terdengar. Baginya, ucapan sederhana itu adalah bahan bakar semangat untuk terus bergerak dan berdampak.
Belajar Tanpa Canggung, Bertanya Tanpa Takut
Dalam sosialisasinya, kakak Aman membawa metode edukasi yang menyenangkan melalui dogeng, permainan, menyanyi & menari, fun worksheet dan dialog interaktif.
Saat Hana dan tim melaksanakan sosialisasi modul kedua tentang pendidikan seksual komprehensif khusus anak praremaja (kelas 4, 5, dan 6 SD), mereka membagi peserta berdasarkan jenis kelamin.
Jadi, kelompok perempuan di-handle sama kakak fasilitator perempuan, begitu pula dengan kelompok laki-laki yang didampingi oleh kakak fasilitator laki-laki. Tujuannya sederhana, agar anak-anak belajar perlindungan diri tanpa rasa canggung.
Suatu hari, dalam sesi tanya jawab membahas pubertas di sebuah sekolah dasar yang ada di Kota Serang, seorang siswi mengangkat tangan dengan ragu.
“Bu, memangnya anak SD bisa hamil ya?”
Pertanyaan itu membuat ruang kelas terdiam. Namun bagi Hana, momen itu justru sangat berharga. “Artinya, anak-anak sudah merasa aman untuk bertanya,” katanya lirih. “Mereka menganggap saya atau teman-teman fasil sudah menjadi safe person mereka.”
Ya, begitulah kenyataannya. Banyak sekali anak-anak yang tidak tahu harus bertanya dan cerita kepada siapa. Bahkan mereka tidak bisa mengungkapkan itu sekalipun kepada orang tua mereka sendiri. Padahal edukasi seperti ini sangat penting bagi mereka.
Relawan Gerakan Kakak Aman saat mengadakan kegiatan di SD Negeri Serang 5, Kota Serang, Banten
Maka, tidak mengherankan jika kita sering melihat dan mendengar anak usia sekolah dasar yang baru saja mengalami menstruasi, tetapi sudah hamil. Salah satu penyebabnya adalah mereka sama sekali tidak tahu bahwa ketika sudah menstruasi ada konsekuensi berupa kemungkinan terjadinya kehamilan.
Oleh sebab itu, bagi Hana Maulida, pendidikan seksual bukanlah hal tabu yang tidak boleh dibicarakan, melainkan kebutuhan penting bagi anak. Ia ingin anak-anak tumbuh dengan memahami tubuhnya, menghargai dirinya, dan berani bicara jika merasa tidak nyaman.
Perubahan yang Mulai Terasa
Kini, Kakak Aman telah menjangkau empat kabupaten/kota di Banteng, yaitu Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Pandeglang. Gerakan yang awalnya hanya diikuti 6 relawan kini tumbuh menjadi 55 relawan terlatih. Mereka memiliki bekal pengetahuan dasar tentang kekerasan terhadap anak dan cara mencegahnya.
Training of Trainer (ToT) Bagi Fasilitator Kakak Aman
Perlahan tapi pasti, jejak Kakak Aman menumbuhkan perubahan. Di 17 daerah penerima manfaat ada lebih dari 4000 anak, serta 150 guru dan orang tua yang telah mendapatkan edukasi perlindungan anak dari kekerasan seksual. Tak hanya itu saja, sudah ada 50 guru yang sudah dilatih menjadi fasilitator Guru Aman untuk menyalakan kesadaran di sekolah masing-masing.
Dampaknya? Anak-anak lebih berani berbicara, guru tidak lagi tabu membahas pendidikan seksual, dan orang tua yang mulai membuka diri. Serta lahirlah sub-komunitas Guru Aman yang saling berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama.
“Kami sepakat bahwa kekerasan seksual adalah musuh bersama,” tegas Hana Maulida. “Dan senjata yang paling ampuh untuk melawannya adalah edukasi sejak dini.”
Gerak Bersama, Dampak Meluas
Semangat kolaborasi menjadi ruh dari Gerakan Kakak Aman Indonesia. Modul yang mereka kembangkan tidak terkunci rapat. Justru sebaliknya, dibuka untuk diunduh siapa pun yang ingin menjalankan edukasi serupa di daerah lain.
Selain membagikan modulnya secara terbuka, Kakak Aman juga menyiapkan sistem pendampingan bagi siapa pun yang ingin menerapkannya. “Biasanya teman-teman dari komunitas atau sekolah mengunduh modul lewat tautan di Instagram atau website kami,” tutur Hana. “Setelah itu, kami adakan pertemuan daring untuk memastikan mereka benar-benar memahami isi modul sebelum diimplementasikan di lapangan.”
Melalui sesi online tersebut, para relawan baru diajak menyamakan persepsi dan berdiskusi agar kegiatan edukasi bisa berjalan dengan baik dan konsisten. Kini, semakin banyak yang menerapkan modul Kakak Aman.
Tak hanya itu saja, Kakak Aman juga bermitra dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Perlindungan Anak setempat. Kolaborasi ini diyakini menjadi langkah penting untuk menjamin keberlanjutan gerakan, di tengah antusiasme sekolah dan masyarakat yang terus bertambah.
Kolaborasi Kakak Aman dengan Pemerintah Daerah Kab. Serang
Lebih dari sekadar program sosial, gerakan ini turut berkontribusi langsung pada Sustainable Development Goals (SDGs):
- SDG 4 – Education Quality, dengan menyediakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, terutama dalam topik penting namun kerap diabaikan yaitu pendidikan seksual.
- SDG 5 – Gender Equality, dengan menanamkan kesadaran tentang hak anak dan pentingnya menghormati batasan diri maupun orang lain, demi terciptanya kesetaraan dan perlindungan dari kekerasan.
- SDG 16 – Peace, Justice, and Strong Institutions, melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang cara melindungi diri dari kekerasan serta menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi anak-anak.
Dengan pendekatan lintas sektor ini, Kakak Aman Indonesia bukan hanya gerakan komunitas, melainkan bagian dari upaya kolektif menuju masyarakat yang lebih peduli dan berdaya melindungi generasi penerus bangsa.
Aman, Tempat Tumbuh dan Berkembang Tanpa Rasa Takut
Di setiap kelas yang dikunjungi, Hana tidak hanya mengajar, tetapi juga belajar. Dari tawa anak-anak, ia belajar tentang harapan. Dari keheningan mereka, Hana belajar tentang keberanian.
“Aman bagi anak adalah ketika bisa tumbuh dan berkembang tanpa dihantui rasa takut,” ucapnya penuh harap. “Jadi anak-anak bisa bebas, bisa merdeka dan menemukan potensi terbaik dalam diri mereka.”
Bagi hana, aman bukanlah sekadar melindungi fisik anak, tetapi juga menyuburkan kepercayaan diri dan kasih sayang dalam hati mereka. Sehingga mereka berani bereksplorasi, melindungi diri, dan juga mencintai diri sendiri. Di situlah proses tumbuh sesungguhnya terjadi.
Postingan akun @kakakaman.id saat memperingati Hari Anak Nasional 2025
“Semoga kelak mereka tumbuh menjadi orang yang tahu cara menghargai diri,” pesan Hana untuk anak-anak. “Love yourself, cintai dirimu sebelum kamu belajar mencintai orang lain.”
Menjahit Asa, Menyalakan Harapan
Kini, dari Serang hingga ke daerah lain di Indonesia, cerita Hana Maulida dan Kakak Aman terus menular. Mereka bukan hanya menyelamatkan anak-anak dari ancaman kekerasan saja. Akan tetapi, juga menumbuhkan kesadaran bahwa perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama.
Siapa sangka, dari gerakan yang bermula obrolan penuh emosi di sebuah warung bakso pada awal 2023 itu kini diakui secara nasional. Kala itu, Hana Maulida, Nining Fatimah dan Nining Fatmawati hanyalah tiga perempuan yang resah, berbincang berjam-jam tentang maraknya kasus kekerasan pada anak. Dari amarah dan keprihatinan itulah lahir tekad untuk bertindak.
“Bayangin gimana kalau begini terus? Siapa yang jagain anak-anak itu? Siapa yang memberitahu mereka? Orang yang harusnya mereka jadikan tempat berlindung saja jadi pelaku!” kenang Hana. “Siapa yang peduli? Gak ada! Pihak-pihak yang seharusnya ‘peduli’ pun gak melakukan apa-apa!” lanjutnya mengingat pembicaraan hari itu.
Ternyata, langkah kecil mereka saat itu justru mengantarkan Hana Maulida mewakili Kakak Aman menjadi salah satu penerima penghargaan 15th SATU Indonesia Awards 2024 di bidang Pendidikan.
SATU Indonesia Awards merupakan program apresiasi bergengsi dari PT. Astra Internasional Tbk untuk generasi muda Indonesia yang berkontribusi di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.
Hana Maulida dan tim Kakak Aman di Acara 15th SATU Indonesia Awards 2024
“Terima kasih banyak untuk Astra atas kesempatan ini,” ungkap Hana di akun media sosialnya. “Kami tidak menyangka bisa mendapatkan dukungan sebesar ini. Lebih dari segalanya, kami bersyukur gagasan Kakak Aman bisa dikenal, dinilai, bahkan dikritisi oleh para juri. Rasanya benar-benar seperti mimpi.”
Bagi Hana momen tersebut bukan sekadar simbol pencapaian, melainkan bukti nyata bahwa kepedulian bisa menjelma menjadi gerakan yang berdampak luas. Penghargaan itu juga bukanlah garis akhir, melainkan titik awal menuju perjuangan yang lebih besar.
“Insya Allah, ini jadi jalan kami membawa pendidikan seksual to the next level!” imbuhnya penuh keyakinan. “Agar anak-anak Indonesia bisa tumbuh, berkembang, dan menemukan potensi terbaik dalam dirinya tanpa dibayangi trauma dan ketakutan.”
Dari kota kecil di Banten, seorang perempuan terus menjahit asa lewat gerakan inisiatif bernama Kakak Aman. Ia melindungi anak-anak bukan dengan tameng besi, melainkan dengan ilmu, cinta dan keberanian.
Dan di setiap senyum anak yang merasa aman, Hana Maulida tahu, perjuangannya bukan hanya sekadar memberi makna, tetapi juga menyatukan gerak dan terus berdampak, menyalakan harapan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia.
*****
Referensi:
- Wawancara langsung dengan Hana Maulida via Direct Message Instagram
- SIA25 BOOKLET – KICK OFF (https://online.fliphtml5.com/lsnfk/ipqi/#p=22)
- Instagram @hanaaulida (https://www.instagram.com/hanaulida/)
- Instagram @kakakaman.id (https://www.instagram.com/kakakaman.id/)
- Website Kakak Aman (https://kakakaman.id/)
#APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA