

“Tak hanya ada keindahan bak surga tersembunyi di Desa Pemuteran, Bali. Nyatanya, ada sesosok pemuda penuh inspiratif. Dialah Gede Andika. Bersama KREDIBALI, beliau bergerak menjadi penerang negeri.”
Desa Pemuteran laksana surga yang tersembunyi, begitu memukau nan mempesona. Dihimpit antara daerah pesisir dan bukit, membuat salah satu desa yang berada di Bali Utara ini mempunyai berbagai destinasi wisata yang menyajikan pemandangan laut dan perbukitan asri. Sehingga tidak mengherankan, jika desa ini menjadi salah satu tujuan wisatawan lokal dan mancanegara yang mengunjungi Pulau Dewata.
Menikmati senja di Pantai Pemuteran, merasakan pengalaman menantang di 30 spot snorkeling dan diving, berkunjung ke penangkaran penyu yang terletak di Reef Seen Diver’s Resort, melihat pemandangan desa dari Bukit Kursi Pemuteran atau sekedar mencicipi beragam kuliner dan sajian Bali otentik pasti akan menjadi pengalaman menyenangkan bagi para pelancong yang datang ke desa ini.
Namun, semua berubah. Ketika pandemi Covid-19 menerjang Indonesia dan membuat semua terpuruk. Bukan hanya menimbulkan efek yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat tetapi juga pada sektor pariwisata. Tidak terkecuali dengan pariwisata yang berada di Desa Pemuteran.
Ini tentunya menjadi pukulan hebat bagi perekonomian warga Pemuteran yang begitu mengandalkan sektor pariwisata sebagai mata pencaharian dan roda penggerak perekonomian mereka. Imbasnya, sektor pendidikan pun ikut terseret.
Di saat anak sekolah diharuskan belajar secara daring di masa pandemi, banyak anak-anak SD dan SMP di Pemuteran yang tidak bisa ikut belajar. Karena tidak memiliki gadget sebagai fasilitas utama proses pembelajaran tanpa tatap muka ini.
Bagaimana harus membeli gadget, kalau untuk makan saja mereka kesulitan. Ya, rata-rata ekonomi masyarakat setempat masih tergolong menengah ke bawah. Terlebih lagi karena pandemik, banyak orang tua yang harus berhenti bekerja karena tempat wisata tutup dan harus kembali bertani atau melaut.
Melihat kondisi tersebut membuat Gede Andika, pemuda asli Desa Pemuteran merasa prihatin. Saat itu, dia sedang pulang untuk merayakan Nyepi pada Maret 2020. Di sela-sela kesibukannya bekerja dari rumah (WFH) dan menunggu pendaftaran kampus untuk melanjutkan studi.
Akhirnya dia menggagas sebuah kegiatan pembelajaran bahasa Inggris secara luring karena khawatir anak-anak kehilangan momen belajar. Saat diwawancarai pada 18 Desember 2021 yang lalu, Gede Andika menegaskan alasannya.
“Dampaknya (sekolah daring) anak-anak bisa berhenti sekolah dan akan ada gap year atau mereka tidak sekolah sama sekali, ini yang saya takutkan,” ujarnya.
KREDIBALI, Perjuangan di Tengah Pandemi
Dengan membawa data risetnya, Gede Andika mendatangi kepala desa, babinsa, bendesa adat dan karang taruna untuk mengutarakan keinginannya untuk melakukan kegiatan bernama Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI).
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan anak-anak belajar bahasa Inggris di masa pandemik. Diharapkan ketika kemampuan berbahasa Inggris mereka meningkat ini bisa menjadi salah satu modal kedepannya dalam mengembangkan potensi desa Pemuteran di sektor wisata.
Akan tetapi, langkahnya tidak semulus yang dibayangkan. Kegiatannya tidak mendapatkan dukungan penuh dari aparatur desa karena ditakutkan akan menimbulkan kerumunan terutama di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Istilahnya kita kayak melawan aturan pemerintah pusat. Mereka menutup sekolah, tapi kita malah membuka. Tapi, saya kemudian memberikan gambaran kepada pihak desa terkait kondisi anak-anak di Pemuteran,” jelas Andika.
Setelah berdiskusi akhirnya KREDIBALI diizinkan bergerak tentunya dengan pemantauan langsung dari pemerintah desa dan wajib melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, wajib mencuci tangan dan lainnya.
Cahaya Baru di Dunia Edukasi dan Literasi
KREDIBALI menerapkan proses seleksi awal siswanya dengan konsep “siapa yang berhak” bukan “siapa yang mau”. Anak-anak SD dan SMP yang berhak mengikuti kegiatan ini diklasifikasikan dalam tiga kategori antara lain siswa dari keluarga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan keluarga yang orangtuanya terdampak pandemik.
Laksana memberikan cahaya baru di dunia edukasi dan literasi terutama bagi keluarga golongan menengah ke bawah di desa Pemuteran ini, kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat bagus dari anak-anak diiringi dengan dukungan penuh dari para orang tua.
Pada awalnya, KREDIBALI yang diadakan setiap minggu di Balai Desa ini hanya membuka satu kelas saja. Namun, berkat antusias dari semua pihak, kegiatan ini akhirnya memiliki beberapa kelas dengan 6 tutor relawan yang setiap 2 tutor menghandel 25 siswa.
Ada tiga kategori kelas di KREDIBALI ini, antara lain basic, junior, dan general. Setiap kelas diisi dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang sama. Untuk itulah, sebelum mengikuti proses pembelajaran di sini, para calon siswa diberikan pre-test menggunakan metode Cambridge. Agar para tutor bisa tahu sejauh mana kemampuan bahasa inggris siswa dan berhak masuk ke kategori kelas yang mana.
Jaga Lingkungan Seraya Tekan Angka Kemiskinan
Mengingat selama pandemi banyak yang kehilangan mata pencaharian dan mengakibatkan banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan terutama bagi para lansia.
Akhirnya munculah inisiatif meminta para siswa wajib membawa sampah plastik dari rumahnya masing-masing sebagai alat tukar untuk mengikuti kelas belajar bahasa Inggris di KREDIBALI.
Menurut Andika, kesadaran akan isu lingkungan memang sudah seharusnya dibangun sejak dini kepada anak-anak. Mengingat kelestarian bumi dan darurat sampah khususnya sampah plastik juga menjadi isu global yang gemanya telah banyak digaungkan. Diharapkan anak-anak inilah yang nantinya menjadi pelopor edukasi isu lingkungan di rumah dan lingkungannya.
Terkait sampah plastik ini, KREDIBALI bekerja sama dengan Plastic Exchange yang merupakan lembaga nirlaba di Bali. Sampah plastik yang sudah dikumpulkan dan terpilah ditukarkan dengan beras.
Selanjutnya, beras tersebut didistribusikan kepada para lansia kurang mampu yang ada di sekitar desa Pemuteran. Ternyata dari sampah yang sering disepelehkan sebagian besar orang, bisa ikut menekan angka kemiskinan di desa Pemuteran ini.
Tak disangka, program KREDIBALI yang awalnya merupakan kegiatan belajar luring bahasa Inggris ini mampu menjadi solusi dari tiga permasalahan fundamental yang terjadi di desa Pemuteran, yakni pendidikan, lingkungan dan kemanusiaan.
Terhitung di akhir 2021, KREDIBALI sudah meluluskan 225 siswa, mendistribusikan beras kepada 147 lansia dan mampu mengurangi 412 kg sampah plastik yang disalurkan ke Plastic Exchange.
Tidak berhenti sampai disini saja. Setelah sukses melaksanakan program KREDIBALI di desa Pemuteran, program belajar bahasa Inggris ini juga dicanangkan selama 6 bulan dari 25 September 2022 hingga 23 April 2023 di desa Puhu, Gianyar, Bali yang potensi pariwisatanya juga cukup pesat. Dengan melibatkan 18 volunteer dari berbagai pihak yang sebelumnya telah melalui tahap kurasi.
Inspirator itu Bernama Gede Andika
KREDIBALI, bukanlah jejak perdana pemuda yang memiliki nama asli I Gede Andika Wira Teja di dunia edukasi dan literasi. Nyatanya pada tahun 2019, Andika telah membentuk komunitas non-formal yakni Jejak Literasi Bali. Komunitas ini beranggota pemuda dan pemudi yang peduli pendidikan khususnya literasi pada anak-anak di wilayah pelosok Bali.
Kecintaannya di dunia edukasi dan literasi, membuat Andika rela melepaskan beasiswanya ke Inggris. Tidak hanya itu saja, tepatnya Mei 2020 saat Andika baru mendirikan KREDIBALI, Ia bahkan membuat keputusan besar untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai Staf Kepala Kantor Wilayah Kementerian Pertahanan RI Provinsi Bali.
“Saya tidak mau adik saya berhenti sekolah, akhirnya dengan tekad kuat awalnya kerja di rumah dan saya dapat beasiswa ke Inggris, jadi tidak diambil. Saya mau mereka tetap sekolah. Saya percaya pendidikan harus diperjuangkan, karena ini menjadi salah satu cara bangkit dari keterpurukan,” ujarnya.
Kini sembari fokus mendedikasikan dirinya mengajar anak-anak bahasa Inggris, Andika juga mengikuti program Master of Science in Economics di Universitas Gadjah Mada dan menjadi konsultan ekonomi di Monulis.id.
Bagi saya yang juga mencintai dunia edukasi dan literasi, Gede Andika patut dijadikan inspirator anak-anak muda. Semangat dan aksi nyatanya bergerak dan bangkit bersama untuk Indonesia lebih baik lagi benar-benar memberikan energi positif untuk ikut berkontribusi pada kemajuan Indonesia.
Tak hanya itu, Ia pun sangat pantas menjadi salah satu pemenang Ajang bergengsi yakni Apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra.
Satu Indonesia Awards ini merupakan ajang apresiasi yang diberikan Astra kepada para anak-anak muda yang senantiasa menebar manfaat bagi masyaraat dan lingkungannya dalam lima bidang, yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Jadilah orang yang senantiasa memberikan manfaat bagi orang lain. Karena sesuatu yang tidak seberapa pun akan menjadi begitu berarti. Jadi, sekarang saatnya bagi kita ikut berkontribusi dalam gerakan #BangkitBersamaUntukIndonesia karena #KitaSATUIndonesia.
“Dengan pengalaman apa pun yang kita dapatkan, kalau kita belum bisa menebar kebermanfaatan, rasanya belum lengkap. Sehingga semangat berkarya itu harus tetap ada, tapi semangat berbagi itu wajib ada.”
(Gede Andika)
Sumber Bacaan:
- https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/bak-surga-tersembunyi-ini-5-aktivitas-seru-di-desa-wisata-pemuteran-bali
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/yudha-29/kredibali-edukasi-bahasa-hingga-peduli-lingkungan-c1c2
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/gendhis-1/kisah-inspiratif-kredibali-c1c2
- https://www.jejakliterasibali.org/
- http://andikawirateja.com/
Sumber Foto:
- http://andikawirateja.com/
18 Komentar. Leave new
Bahasa Inggris akan membuat kita siap masa depan apalagi kondisi pandemi .mengadakan luring dibantu volunteer membuat kita jadi orang yang bermanfaat.
Masyaallah. Sekarang banyak ya Mbak anak muda yang menjadi lentera untuk orang banyak. Semoga dengan adanya lentera-lentera muda ini, perkembangan zaman kita semakin maju. Aamiin.
Keren ya. Catat, Gede Andika, Pemuteran, Bali Utara. Semoga ada kesempatan berkunjung dan melihat dari dekat.
Masih muda lagi ya. Bisa jadi virus bagi kawasan lain.
keren nih, di awal baca judulnya kirain tentang kredit
ternyata singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI).
hebat karena mendidik anak peduli lingkungan dan fasih bahasa Inggris
Bli Gede membuktikan bahwa di saat penuh kesempitan sekali pun, selalu ada yang namanya kesempatan. Beliau mengambil kesempatan terbaik di tengah pandmei untuk menginisiasi KREDIBELI.
Pas baca judulnya, kirain pelopor berkaitan dengan keuangan (ada kredi), ternyata bergerak dalam literasi bahasa Inggris buat anak-anak di desa Pemuteran. Bahkan karena dedikasinya, memutuskan untuk berhenti bekerja dan juga kesempatan kuliah ke Inggris. Salut ada anak muda yang seperti ini, memikirkan lingkungan sekitar, bahkan mengorbankan ambisi pribadi
Saat pandemi menghampiri kemaren pastinya ada banyak sekali yang mengalami keterpurukan yah. Dengan hadirnya sosok-sosok seperti Gede Andika ini pasti menjadi pelita di dalam kegelapan deh. Menarik banget beragam ide-ide yang sudah dilakukannya nih, jadi inspirasi buat yang lain juga.
Menginspirasi sekali Gede Andika ini. Bukti bahwa dia sangat aware akan kebutuhan terkinikan untuk pengembangan pariwisata di Bali. Mendirikan KREDIBALI yang berfokus pada pendidikan berbahasa Inggris, menjadi program ini tepat sasaran. Semoga dengan semakin banyaknya orang-orang seperti Gede Andika, pariwisata Bali bisa lebih berkembang dan menggeliat.
Keren dedikasinya Gede Andika ini yang lebih mementingkan kemajuan pendidikan anak² di kampung halamannya. Semoga banyak yang seperti beliau, agar anak² Indonesia terus bersekolah
Salut banget dengan program KREDIBALI.
Berawal dari hal yang berfokus pada belajar bahasa INggris saat pandemi dan kemudian semakin banyak langkak kebaikan yang dilakukan sehingga membangkitkan semangat belajar di desa Pemuteran dan desa Puhu, Gianyar, Bali.
Potensi yang besar sekali ketikan orang Bali sudah bisa Bahasa INggris begini ya..
Ngeri banget semangatnya untuk memperjuangkan pendidikan anak-anak. Bahkan beasiswa ke Inggris yang nggak banyak orang dapatkan saja dilepas.
Tapi, benar juga. Bahwa pendidikan anak itu perlu diperjuangkan. Kalau nggak dimulai dari kita maka siapa lagi.
Keren, Kak. Semoga dipermudah semua perjuanganmu, Kak. Sukses selalu.
Suasana di Bali itu selama pandemi kerasa banget beda ama daerah lain. Karena fokus di wisata, jadi sepi banget ya. Ini pasti ngaruh ke anak2 di sana juga. Aku salut sama orang yang berjuang untuk dunia literasi di tengah segala keterbatasan
Inspirasi dari Gede Andika patut diapresiasi dan dicontoh oleh pemuda pemudi di tempat lain seperti di tempat saya tinggal Cianjur Selatan ini. Secara di sini, meski di daerah Jawa barat penyangga DKI tapi akses buat anak sekolahan masih jauh dari memadai juga.
Salut banget atas inisiatif kak Gede Andika yang udah membuat gerakan kredibali ini. Terbayang olehku betaap terpuruknya anak-anak di desa tersebut saat pandemi datang tapi nggak bisa belajar daring karena kendala gadget. Semoga gerakan positif ini selalu terjaga ya kak. Dan lestari sehingga memberi manfaat buat banyak orang
Masyaa Allah keren banget, gak mudah loh melepas beasiswa dan kerjaan… pengorbanan untuk kepentingan orang banyak
Keren banget ini ada Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI) jadi anak2 yang orang tuanya terkena dampak pandemi, terus dapet bantuan sosial dari pemerintah bisa belajar bahasa Inggris gratis ya mba.
Keren banget programnya. Sekali jalan tiga masalah fundamental di bantu atasi..semoga programnya bisa diadopsi wilayah lainnya juga di Bali bahkan se-Indoneaia.
Proses seleksi KREDIBALI keren banget ini : siapa yang berhak bukan siapa yang mau. Semoga saja mereka yang berhak belajar bersama KREDIBALI memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya demi masa depan yang lebih baik.